Ambang Kepunahan Sang Raja Hutan

| 05 Mar 2018 13:55
Ambang Kepunahan Sang Raja Hutan
Harimau Sumatera (Sumber: Pixabay)
Jakarta, era.id - Kabar buruk datang terlalu pagi hari ini. Ketika sebuah video menjadi viral, memperlihatkan gambar seekor Harimau Sumatera yang digantung dan dijadikan tontonan warga di Mandailing Natal, Sumatera Utara. 

Berdasar informasi yang dibagikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) lewat akun Twitter @KementerianLHK, kejadian diketahui bermula pada Minggu pagi (4/3) sekitar pukul 07.49 WIB, ketika Balai Taman Nasional Batang Gadis (BTNBG) menerima informasi kemunculan Panthera Tigris Sumatrae --nama latin Harimau Sumatera-- di permukiman warga di Desa Bangkelang, Kecamatan Batang Natal, Kabupaten Madina, Sumatera Utara. 

Mendapati informasi tersebut, Kepala BTNBG langsung menghubungi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah III untuk menindaklanjutinya. Pesannya jelas, agar harimau tersebut tak dibunuh.

Sayang, masyarakat kepalang resah dan takut. Pukul 08.25 WIB, mereka menombak mati harimau malang itu. Dan saat itu juga, berbarengan dengan hujaman tombak, Harimau Sumatera makin dekat dengan kepunahan.

"Sobat hijau, tindakan ini amatlah disesali, sampai harus ada Harimau Sumatera yang menjadi korban. Semoga pascakejadian di Batang Natal ini, ada inisiatif operasi bersama penindakan hukum atas aktivitas ilegal dalam kawasan hutan disekitar lokasi tersebut. #KLHK #HarimauSumatera," kicau KLHK.

Di ambang kepunahan

Menurut data dari Tiger in Crisis --sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada perjuangan melawan kepunahan populasi harimau, total populasi Harimau Sumatera di seluruh belahan dunia tinggal tersisa 500-600 ekor.

Angka ini menurun drastis dibanding tahun 1978. Kala itu dunia masih dihidupi oleh seribu ekor Harimau Sumatera. Masyarakat Indonesia berperan amat besar dalam kepunahan Harimau Sumatera, sebab menurut penelusuran, penyebaran habitat Harimau Sumatera tak begitu luas.

Mereka hanya dapat ditemui di sekitar hutan di dataran rendah hingga pegunungan dan hutan hujan tropis serta kawasan rawa di Pulau Sumatera di Semenanjung Malaysia.

Dalam beberapa tahun terakhir, Tiger in Crisis telah mengategorikan Pulau Sumatera sebagai zona merah bagi Harimau Sumatera. Artinya, Pulau Sumatera bukan lagi habitat yang aman bagi Harimau Sumatera.

Konflik hewan-manusia

Perluasan lahan pertanian, kelapa sawit, hingga berkembangnya wilayah permukiman menjadi salah satu pemicu kepunahan Harimau Sumatera.

Akibat seluruh tindakan di atas, habitat Harimau Sumatera hilang. Hilangnya habitat membawa Harimau Sumatera pada pencarian habitat baru, hingga sampailah mereka ke pemukiman warga.

Konflik dimulai dari situ. Warga yang sebelumnya memusnahkan habitat Harimau Sumatera mulai membantai satu per satu Harimau Sumatera dengan alasan takut kehadiran Harimau Sumatera mengancam keselamatan mereka.

Parahnya lagi, kelangkaan Harimau Sumatera memancing gairah ekonomi pada sektor perdagangan hewan ilegal. Sesuai prinsip ekonomi yang dianut manusia-manusia kurang ajar dalam bisnis gelap tersebut, makin langka hewan, makin tinggi harga jualnya.

Dan perburuan Harimau Sumatera pun makin gencar dilakukan. Perburuan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan komoditas konsumsi dan produksi manufaktur.

 

Rekomendasi