Dalam sebuah diskusi berajuk "Teluk Jakarta Bersih, Siapa berani?", terungkap 7.000 ton sampah ditampung Teluk Jakarta setiap harinya.
Berdasar data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2016, disebutkan bahwa kebanyakan sampah berasal dari limbah domestik rumah tangga.
Terkait temuan itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno menyatakan akan terus mengupayakan pembersihan sampah di Teluk Jakarta. Namun, Sandi pesimistis seluruh tekadnya itu dapat tercapai. Sebab, ia hanya punya waktu tiga tahun untuk membereskan persoalan sampah Teluk Jakarta.
"Saya, Pemprov DKI cuma punya limit legacy 5 tahun. Tahun pertama perkenalan, tahun kedua dan ketiga eksekusi, tahun keempat dan lima sudah bersiap-siap memikirkan siklus daripada lima tahun kita," kata Sandi dalam diskusi yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat itu, kemarin.
Keadaan sungguh sulit bagi pemprov. Sandi menuturkan, selama ini pemerintah bekerja sendirian membersihkan sampah di Teluk Jakarta.
Karenanya, ia meminta masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) turut aktif membantu upaya pemprov. "Ke depan, bahwa gerakan-gerakan yang dipicu oleh masyarakat jadi civil society harus masuk ... Jadi bukan hanya dari CSR kalau dari dunia usaha, tapi betul-betul social investment," ungkap Sandi.
Selain menggalakkan Program Grebek Sampah, Sandi mengatakan, pemprov akan memaksimalkan 33 kapal penyedot sampah di laut.
Menurut data, sumber pencemaran Teluk Jakarta dibagi menjadi dua, yaitu point sources (limbah industri) yang sumbernya tetap dan non-point sources (imbah domestik rumah tangga) yang sumbernya datang dari mana saja.
Tingkat pencemaran yang bersumber dari point sources terbagi dua, dari pencemaran dari limbah organik sebanyak 52.862,75 ton dan limbah anorganik sebanyak 24.446,06 ton. Sedangkan untuk limbah non-point sources, untuk organik sebesar 10.875.651,69 ton dan anorganik 9.766.670,00 ton.