"Pada Pilpres 2014, perolehan suara Demokrat tidak jeblok bahkan di peringkat empat. Jika hanya mengusung satu calon akan merugikan Demokrat. Sebaiknya ada lebih dari satu calon," kata Hendri, dikutip dari Antara, Sabtu (10/3/2018).
Demokrat dianggap masih punya nilai tawar yang tinggi pada Pemilu 2019. Karenanya, Hendri menyarankan Demokrat memunculkan lebih dari satu nama capres untuk menarik partai lain berkoalisi.
"Apakah satu poros dengan Jokowi, atau satu poros dengan Gerindra atau membuat poros baru. Jika hanya disodorkan satu nama kemungkinan besar agak sulit memainkan kombinasi politik dan rugi juga buat Demokrat. Karena sebetulnya, Demokrat ini punya nama-nama yang punya potensi untuk Pilpres 2019," tegasnya.
Hendri menyebut sejumlah nama yang potensial diusung Demokrat, di antaranya pengusaha Chairul Tanjung dan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi.
"Jadi, kalau Demokrat ingin mengusung misalnya AHY, CT, dan TGB menurut saya akan lebih leluasa," kata Hendri.
TGB misalnya, yang telah dikenal sebagai pemimpin umat dan berpengalaman di NTB. Begitu juga dengan CT, dikenal sebagai pengusaha dan memiliki toleransi tinggi.
"Kalau mau bermanuver sedikit, bisa juga menghadirkan Pak De Karwo. Walaupun elektabilitas Karwo paling kecil, tetapi sebagai Gubernur salah satu provinsi terbesar di Indonesia layak juga diajukan," ungkap Hendri.
Pada 10-11 Maret, Demokrat menggelar rapimnas di Sentul, Jawa Barat. Dalam rapimnas tersebut akan dibahas strategi pemenangan Demokrat pada Pileg 2018 dan Pemilu 2019, pembahasan poros ketiga masuk di dalamnya.