Satelit Tangkap Titik Panas Baru di Riau

| 16 Mar 2018 13:41
Satelit Tangkap Titik Panas Baru di Riau
Ilustrasi (Pixabay)
Pekanbaru, era.id - Satelit Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi tujuh titik panas atau hotspot di wilayah Riau. Kemunculan hotspot itu mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan.

Dilansir Antara, Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sukisno mengatakan, hotspot terpantau pada pukul 06.00 WIB dari hasil pencitraan satelit Terra dan Aqua.

Jumlah titik panas terpantau bertambah, dari tiga titik yang tercitrakan pada Kamis (15/3). “Paling banyak hotspot di Rokan Hilir sebanyak lima titik,” jelas Sukisno melalui pesan tertulisnya, Jumat, (16/3/2018).

Selain di Rokan Hilir, titik panas juga terdeteksi di Kabupaten Pelalawan dan Kepulauan Meranti, di mana satu hotspot terdeteksi di masing-masing wilayah.

Dari deteksi yang dilakukan, ada tiga titik yang tingkat keakuratannya di atas 70 persen. Artinya, kebakaran hutan hampir pasti terjadi di wilayah-wilayah tersebut.

Berharap pada hujan

Meski begitu, kita bisa berharap pada hujan. Sebab, BMKG memastikan, hujan ringan berpotensi terjadi di sebagian wilayah di Kabupaten Rokan Hilir, Kota Dumai, Inhil, dan Kepulauan Meranti..

Sejak 19 Februari 2018, Riau ditetapkan berstatus Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Status tersebut ditetapkan menyusul peningkatan signifikan jumlah hotspot yang terjadi sejak 2018.

Menurut data termutakhir yang dimiliki Satuan Tugas Siaga Darurat Karhutla Riau, luas lahan yang terbakar sejak 14 Januari mencapai 849,5 hektare.

Sebelumnya, Komandan Satgas Karhutla Riau, Kolonel Infanteri Sony Aprianto memerintahkan agar pelaku pembakaran hutan dan lahan dihukum tegas untuk memunculkan efek jera.

Sementara itu, Pelaksana Tugas Gubernur Riau, Wan Thamrin Hasyik berharap kepada kepolisian dan kejaksaan untuk upaya penegakan hukum ini.

Ia menyebut praktik tebas dan bakar dalam pembukaan lahan adalah penyebab utama karhutla yang beberapa kali terjadi di wilayahnya. Kebakaran hutan dan lahan jadi sulit dipadamkan karena dilakukan di lahan gambut yang mudah menyebar saat kemarau.