Presiden menyinggung laporan Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso soal pertumbuhan kredit perbankan 8,24 persen. Sementara, sebelumnya para pimpinan industri jasa keuangan menargetkan pertumbuhan 9-12 persen.
"Kalau saya diberi angka 9-12 persen, yang saya ambil pasti 12 persennya. Kembali lagi, risiko yang paling besar adalah apabila kita tidak berani mengambil risiko," kata Presiden Jokowi dilansir dari setkab.go.id saat bertemu dengan para pimpinan bank umum di Indonesia, di Istana Negara, Jakarta, Kamis (15/3/2018).
Jokowi mengatakan, perbankan harus prudent alias hati-hati. Namun, kembali lagi, kalau tak berani ambil risiko, perbankan tak akan bertahan dalam bisnis.
"Pasti akan mati atau mungkin matinya pelan-pelan, tapi tetap mati. Itu di bisnis, perbankan pun juga bisnis," ujar Jokowi.
Sementara, jika berani mengambil risiko, lanjut Jokowi, masih ada kesempatan dan kemungkinan untuk mengkalkulasi dan melakukan perhitungan.
"Ya karena yang namanya mengambil sebuah keputusan itu artinya mengambil sebuah risiko. Pasti, di mana pun, di bisnis, di politik sama saja. Main aman itu sebuah ilusi," tegas dia.
Presiden Jokowi menyebut, dunia sekarang ini sangat dinamis. Memasuki era keterbukaan dan globalisasi, teknologi berkembang begitu cepat. Tak ada yang namanya aman karena dunia terus berubah.
"Karena memang berubah-ubah terus, ketidakpastian itu sekarang hampir tiap hari kita alami, baik di dunia bisnis, baik dunia keuangan, dunia perbankan, maupun dunia politik karena ketidakpastian global juga setiap hari ada," jelas Jokowi.
Turut hadir dalam acara tersebut, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Kepala Staf Presiden Moeldoko, Ketua Dewan OJK Wimboh Santoso, serta perwakilan pelaku industri perbankan di Indonesia.