Ternyata Orang Indonesia 'Gampangan' Share Data Pribadi

| 28 Mar 2018 16:01
Ternyata Orang Indonesia 'Gampangan' <i>Share</i> Data Pribadi
Ilustrasi data (Pixabay)
Data pribadi tak ternilai harganya, namun bisa saja dimanfaatkan oleh orang-orang yang memiliki tujuan tertentu. Oleh sebab itu, kami masih membahas artikel berseri mengenai Era Kebebasan Semu. Di mana kebebasan kita di dunia maya tak lebih dari sebatas 'Big data' yang kerap tak terlindungi. Kekhawatiran kita pun semakin menjadi saat kebocoran 50 juta data Facebook untuk kampanye di Amerika Serikat, lalu apakah kejadian serupa mungkin terjadi  dan Bisakah Data Pribadi Dipermainkan Dalam Pemilu mendatang? Yuk cari tahu dalam tulisan kita berikut ini.

Jakarta, era.id - Sudah kita ketahui kalau data pribadi sampai dengan kebiasaan kita untuk berselancar di dunia maya akan terekam. Namun tahukah kalian ternyata kebiasaan jempol kita yang suka asal mengklik yes, follow atau apply sesuatu tanpa membaca 'term and condition' itu bisa membahayakan lho.

Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), pengguna internet Indonesia termasuk dalam kategori yang paling mudah mengumbar data pribadinya ke internet. Bila dirinci, sebanyak 60  persen mau berbagi fotonya di dunia maya. Tak hanya itu, mereka juga mengumbar data seperti, tanggal lahir 50 persen, alamat email 46 persen, alamat rumah 30 persen nomor, telepon 21 persen, hingga videonya 21 persen.

Nah kan, ternyata persoalan data pribadi saja kita termasuk yang paling mudah mendistribusikan informasi personal ke internet yang notabenenya domain publik. Jangan makin kaget kalau ternyata 65,98 persen pengguna internet di Indonesia tidak bisa lepas dari gawai mereka.

Bahkan, survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2017 tentang pengguna internet Indonesia, menunjukkan 26,48 persen mengakses internet lebih dari 7 jam per hari. Yang paling sering diakses adalah applikasi percakapan seperti WhatsApp dan Line. Belum lagi 87,13 persen pengguna internet Indonesia yang tak pernah bisa lepas dari sosial media.

Kembali lagi soal data, terlebih terkait keamanan internet, di mana 65,98 persen responden mengatakan sadar ketika datanya bisa saja diambil. Sementara, 83,98 persen juga mengatakan punya kesadaran penipuan ada di internet. Soal menjaga kerahasiaan sepertinya 7,68 persen orang Indonesia masih menganggap kalau data pribadi itu enggak penting. Padahal kan, data pribadi kita itu musti dijaga banget lho.

Tantangan di Abad 21

Sejatinya kita adalah big data yang kerap menjadi komoditas dagang di dunia maya. Padahal data pribadi yang kita miliki sangatlah tidak ternilai harganya, hanya saja bagaimana niatan kita untuk menjaganya.

Dari berbagai sumber yang dihimpun era.id, perspektif keamanan data masih kerap diabaikan pengguna internet. Padahal, bisa saja data pribadi kita dipermainkan untuk pemilu mendatang, bahkan terkadang pengguna internet yang masih awam dapat dengan sengaja diarahkan untuk kepentingan tertentu bahkan dimanfaatkan oleh orang lain.

Kalau pernah tahu kasus Edward Snowden atau minimal sempat menonton film Snowden yang diperankan aktor Joseph Gordon-Levitt, pasti kebayang bagaimana pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui lembaga keamanan negaranya dengan sengaja mengawasi setiap gerak-gerik warganya. Kalau itu sebatas film tentu kita hanya akan menganggap kalau itu hal fiksi.

Namun, jika diamati film ini memberikan pandangan bahwa sepenting apa nilai dari sebuah privasi. Apakah pihak ketiga pantas untuk membongkar data-data pribadi hingga akhirnya kepercayaan terhadap lingkungan bahwa setiap gerak-gerik kita dimonitor?

Nah, di Indonesia sendiri sudah ada beberapa lembaga yang bertugas untuk menjaga, mencegah dan mengantisipasi hal-hal buruk dari kebebasan pengguna internet di Indonesia. Sebut saja ada Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri yang dibentuk awal Januari 2017, sepanjang tahun itu mereka sudah menangani 5.061 kasus yang berkaitan dengan masalah ini. 

Lalu ada Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), lembaga ini berfungsi untuk mendeteksi, mencegah, dan menjaga keamanan siber. Sebab bukan tak mungkin banyak aksi-aksi kejahatan yang memanfaatkan dunia. Kemudian ada Cyber Drone 9 milik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), sistem keamanan terbaru milik kominfo ini punya perangkat Artificial Intelligence (AI) yang canggih banget lho, dengan perangkat itu Cyber Drone 9 bisa langsung menyensor konten-konten negatif apalagi radikal.

"Cyber drone akan membantu kami men-supply informasi tentang ribuan bahkan puluhan ribu situs serta akun penyebar konten negatif seperti pornografi, perjudian, penipuan, persekusi, hoaks, dan ideologi radikal, dalam waktu relatif cepat," kata Kasubdit Penyidikan dan Penindakan Kominfo, Teguh Arifiyadi.

Sampai di sini kita sepakat, kalau ternyata pengguna Indonesia itu paling sering mengumbar data pribadinya. Terlebih pemerintah sudah kerap mewanti-wanti keamanan data pribadi, jadi jangan salahkan pemerintah kalau jempol-jempol kita mengaum sembarangan. 

Bijak-bijaklah kita dalam menggunakan media internet.

(Infografis/era.id)