"Tempatnya nyaman sekali seperti hotel bintang 5. Beliau sangat menikmati fasilitas yang diberikan Presiden di RS. Bahkan pernah diucapkan beliau, 'apakah ini surga?' saya bilang, 'Ini surga dunia'. Terima kasih Bapak Presiden," ucap Maturidi, perwakilan keluarga, menirukan pernyataan Nyak Sandang, di Paviliun Kartika RSPAD Gatot Subroto, Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (31/3/2018).
Nyak Sandang ikut membantu pemerintah Indonesia pada 1940-an saat kesulitan mewujudkan mimpi membeli sebuah pesawat kenegaraan. Kesulitan pemerintah itu disampaikan Presiden Soekarno pada 1948 saat berkunjung ke Aceh,.
Masyarakat di sana langsung berinisiatif menyumbang harta benda kepada pemerintah, termasuk Nyak Sandang yang memberikan hasil menjual sepetak tanah dan 10 gram emas dengan harga Rp100.
Saat itu, pemerintah menerima dana sebesar 120.000 dolar Singapura dan 20 kilogram emas murni hasil patungan masyarakat. Dengan uang itu, Soekarno membeli dua pesawat terbang yang masing-masing dinamai Seulawah R-001 dan Seulawah R-002.
Pada 21 Maret 2018, Nyak Sandang bertemu Jokowi di Istana Presiden, Jakarta Pusat. Dalam kesempatan itu, Nyak Sandang menyampaikan tiga pernintaan pada Presiden.
Pertama, dia meminta pemerintah membangun masjid di kampung halamannya di Lamno, Aceh.; kedua, dia meminta pemerintah memfasilitasinya berangkat ke Tanah Suci, dan ketiga meminta fasilitas kesehatan berupa operasi katarak Jokowi langsung berjanji mengabulkan tiga permintaan tersebut.
"Tempo hari pernah disampaikan, akan membantu beliau untuk naik haji, tapi kata Pak Presiden, 'kita cek dulu ke Kementerian Agama Monggo umrah dulu sebelum naik haji', tapi kita, keluarga kembalikan ke Presiden gimana baiknya," sebut Maturidi.
Baca Juga : Nyak Sandang Ingin Lihat Kegantengan Jokowi
Maturidi melanjutkan, saat ini Jokowi belum dapat menemui Nyak Sandang. Namun, Jokowi telah mengirim tim dari Istana untuk mengecek keadaan kakek penyumbang dana pembelian pesawat pertama yang dimiliki Indonesia tersebut. Sampai saat ini, Nyak Sandang masih dirawat di rumah sakit untuk pemulihan pasca-operasi.
"Keluarga bukan tidak membolehkan, tapi membatasi. Karena kalau datang ramai-ramai beliau bisa kaget dan akan capek. Dia itu paling suka bercerita, tapi setelah itu capek. Karena usia 91 tahun, jadi sangat wajar untuk kita batasi," imbuhnya.
