"Harus menjadi ingatan bersama bagi bangsa Indonesia. Seperti ingatan Perjanjian Lama, menjadi landasan ketika mereka harus menghadapi tantangan berat yang mengancam eksistensi mereka. Bangsa Indonesia yang juga punya perjuangan harus merawat itu, dengan mempelajari dan membatinkan. Bukan dengan memalsukan sejarah," kata Suharyo di Gereja Katedral Jakarta, Jakarta Pusat, Minggu (1/4/2018).
Menurutnya, kesatuan dan persatuan nampak dari perilaku sederhana sehari-hari, seperti berdialog dengan tetangga yang berbeda agama dan latar belakang.
Hal sederhana seperti ini, kata Suharyo, yang perlu dipelihara dan menjadi bukti aktualisasi merawat ingatan bersama tentang perjuangan mempertahankan kesatuan bangsa.
"Banyak umat berusaha mengontak pimpinan agama di wilayahnya. Terutama di masyarakat atau umat Islam dilakukan tidak untuk apa-apa, untuk membangun persatuan," tambah dia.
Suharyo juga menambahkan pentingnya Pancasila sebagai relevansi Paskah di 2018, di mana bertepatan dengan tahun politik.
“Kami jalani persatuan. Amalkan Pancasila, kita Bhinneka Tunggal Ika. Sejak 2016, setiap tahun Katolik mengambil sikap Pancasila untuk didalami, dipercaya menjadi berbagai macam gagasan kemudian jadi gerakan,” kata dia.
Infografis (era.id)