Menurut Djarot, kepemimpinan parhobas dibutuhkan untuk mengayomi masyarakat Sumut yang multietnis dan multikultur. Dengan pola melayani tersebut, diharapkan seluruh potensi Sumut dapat dikembangkan sehingga daerah itu mampu berkembang dan menjadi provinsi maju di Indonesia.
"Mari kita songsong perubahan besar di Sumut," kata cagub yang berpasangan dengan Sihar Sitorus tersebut.
Dalam kampanye tersebut, Djarot merasa bangga dengan dukungan yang diberikan warga, termasuk sambutan secara adat Karo dari kalangan seniman dan tokoh masyarakat Delitua.
Untuk merealisasikan tujuan dalam mewujudkan semboyan Sumut menjadi 'semua urusan mudah dan transparan', seluruh relawan dan pendukung diminta bekerja maksimal dalam menyosialisasikan visi dan misi pasangan cagub-cawagub yang didukung PDI Perjuangan dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu.
"Mari kita fokus, jangan tumpang tindih dalam mendekati masyarakat," ujar Djarot.
Baca Juga : Pilkada Sumut, Bersaing di Kantong Golput
Infografis demografi Sumatera Utara (era.id)
Dalam kampanye tersebut, seniman Karo dan masyarakat Delitua menyematkan 'bekabuluh' atau selempang khas etnis Karo ke bahu Djarot, dilanjutkan dengan penaburan 'beras pijet' sebagai bentuk doa keberkahan dan kesuksesan.
Setelah itu, masyarakat Delitua menghidangkan 'nurung arsik' atau ikan mas yang dimasak khusus sebagai bentuk pelayanan kepada seorang pemimpin.
Baca Juga : Djarot : Sumut Rumah Kita, Sudah Melekat
Setelah menerima nurung arsik, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut berseloroh mengenai pengalaman yang kurang mengenakkan ketika dihidangkan ikan mas bersama wakilnya Sihar Sitorus.
"Kemarin, kami diberikan ikan mas, tapi (dalam media sosial) diganti dengan kepala babi," katanya disambut tawa warga yang menghadiri kampanye tersebut.