Dosen ITB Digitalisasi Tari Tradisional

| 09 Apr 2018 12:47
 Dosen ITB Digitalisasi Tari Tradisional
Proses perekaman gerak tari Topeng Cirebon ke dalam bentuk digital di ITB, Bandung, Selasa, (27/3/2018)
Bandung, era.id - Indonesia memiliki 3.000 lebih jenis tarian di Indonesia. Organisasi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan PBB, Unesco, telah menetapkan sebagian besar tarian Indonesia sebagai warisan budaya non-bentuk (intangible).

Sebagai warisan budaya non-bentuk, tarian di Indonesia harus dilestarikan dengan berbagai cara. Hal itu untuk menghindari kepunahan apabila tidak ada penerusnya. Ditambah, sekarang ini, maraknya tarian kreasi bisa memicu tergerusnya keasilan tarian klasik.  Tim era.id pernah membahas soal Era Eksistensi Budaya yang isinya bagaimana budaya bisa hidup berdampingan.

Salah satu cara pelestarian tarian Indonesia dilakukan oleh dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB), Harry Nuriman. Harry mencoba melakukan pendokumentasian tarian Indonesia dalam bentuk berkas digital. Dokumentasi pertama Harry adalah tari Topeng Cirebon.

"Penelitian tentang tari Topeng Cirebon menggunakan teknologi motion capture dimulai tahun 2016. Membutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk memproses tarian topeng budaya dari kota Cirebon dalam bentuk digital," kata Harry Nuriman dalam keterangan yang ditulis, Bandung, Senin, (9/4/2018). 

Harry menambahkan, tujuan penelitian ini agar warisan bangsa Indonesia tidak ikut punah saat tidak ada penerusnya. Khusus untuk tari Topeng Cirebon kata Harry, penelitian ini langsung di bawah supervisi maestro tari, Irawati Durban. 

Proses perekaman gerak tari Topeng Cirebon ke dalam bentuk digital di ITB, Bandung, Selasa, (27/3/2018)

Baca Juga : Punahnya Budaya Karena Perubahan Zaman

Digitalisasi tari Topeng yang diteliti Harry, diharapkan dapat terjamin keasliannya. Metode penelitian yang terus dilakukan Harry Nuriman sendiri telah dipatenkan pada tahun 2017.

Meski metode penelitiannya sudah dipatenkan, Harry tidak merasa puas diri dengan hasilnya. Sebab, teknologi motion capture yang cukup baru ini, terus mengalami perkembangan secara cepat. 

Harry menjelaskan teknologi motion capture merupakan sebuah teknologi untuk menangkap atau mendokumentasikan gerakan-gerakan, yang menghasilkan model digital dalam bentuk vektor. 

Proses perekaman gerak tari Topeng Cirebon ke dalam bentuk digital di ITB, Bandung, Selasa, (27/3/2018)

Hasil dari motion capture lanjut Harry, adalah bisa disajikan dalam bentuk file interaktif dari sebuah model tiga dimensi digital yang bisa dimainkan 360 derajat. 

"Berbeda dengan video, hasil dari motion capture dapat dilihat dari segala arah, sehingga dapat melihat gerakan yang tidak tertangkap kamera video," ujar Harry.

Dia menambahkan, selain dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dan pelestarian budaya tari, teknologi motion capture juga dapat mengembangkan industri kreatif Indonesia. Contohnya dalam pembuatan film laga, koreografi bela diri bisa dipelajari melalui file motion capture. 

Selain menghemat biaya terang Harry, waktu dan tenaga aktor, gerakan para pemain bisa dikloning dengan menggabungkan teknologi computer-generated Imagery (CGI), sehingga tidak membutuhkan banyak pemain film.

Baca Juga : Abang None Promosi Budaya dan Peduli Sosial

Tidak hanya itu, teknologi motion capture ini sudah dikembangkan untuk industri game yang bersifat edukatif. Bahkan lebih jauh lagi, bisa dimanfaatkan untuk membuat permainan interaktif tentang tarian tradisional klasik di Indonesia.

Usai merampungkan digitalisasi tari Topeng Cirebon, Harry kini sedang memulai mendigitalisasi gerakan pencak silat, yang menurutnya mulai ditinggalkan generasi muda. Tujuannya hanya satu, semakin banyak warisan budaya yang terdokumentasi secara digital, maka dapat dihindari kepunahan warisan budaya bangsa Indonesia.

"Melalui teknologi digital, budaya asal Indonesia dapat dikenal di seluruh dunia. Kekhawatiran klaim budaya tarian tradisional Indonesia oleh bangsa asing diharapkan tidak terjadi lagi,” kata Harry. (Arie Nugraha)