Slank dan D'Masiv Terjebak Plagiarisme
Slank dan D'Masiv Terjebak Plagiarisme

Slank dan D'Masiv Terjebak Plagiarisme

By Riki Noviana | 11 Apr 2018 07:51
Setelah sebelumnya membahas tentang undang-undang yang mengatur plagiarisme dalam musik. Kali ini, era.id akan mengulas sejumlah lagu Indonesia yang mirip dengan lagu-lagu band luar negeri. Artikel ini masih bagian dari tema kami pekan ini, Era Mirip-Mirip. 

Jakarta,era.id - Di Indonesia, musik yang 'mirip-mirip' telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam industri penciptaan lagu. Kebutuhan akan inspirasi dan terbatasnya jumlah notasi menimbulkan kerancuan definisi plagiat dalam karya musik.

Sebagai contoh, band rock Slank saja pernah dituduh plagiat oleh sejumlah pemerhati musik. Lagu mereka yang berjudul Bimbim Jangan Menangis dikaitkan kemiripannya dengan lagu Rolling Stone, Fool to Cry. Tak tanggung-tanggung, penjiplakan yang dilakukan Slank bukan hanya terletak pada intro, verse atau reff, tetapi juga juga pada persamaan pemaknaan lirik.

Di bait pertama Lagu ini, Slank--dalam hal ini Bimbim sebagai penulis lagu--menceritakan tentang pengalaman pribadinya mengenai pekerjaan.

"Oh mama papa… aku sudah kerja siang dan malam, bahkan bukan untuk diriku sendiri, papa bertanya: “Bimbim… ada apa?”, mama tersenyum dengan manis, dan beliau bilang… beliau bilang: “Bimbim… Bimbim jangan menangis, Bimbim… Bimbim jangan menangis. Aku jadi bertanya-tanya …”

Kemudian pada bait awal lagu Fool to Cry, sang penulis lagu Mick Jagger juga menceritakan mengenai kondisi pekerjaannya dan respon keluarga terhadap apa yang ia hadapi, seperti berikut:

"When I come home, baby, and I’ve been working all night long, I put my daughter on my knee, and she say, “Daddy what’s wrong?” I put my head on her shoulder, she whisper in my ear so sweet, you know what she says? She says :, “Oo… Daddy, you’re a fool to cry, you’re a fool to cry, and it makes me wonder why.”

"Soal lagu ini sudah masuk wilayah teknis dan harus musisi penciptanya yang jawab. Apakah memang Bimbim berusaha meniru Fool to Cry? Apakah kemiripan itu sudah sebanyak 8 bar?" pengamat musik Tanah Air, Denny MR menjelaskan kepada era.id.

"Saya yakin, enggak ada musisi yang karyanya 100 persen orisinal. Dari dulu, karya lagu enggak mungkin berdiri sendiri. Artinya, saling memengaruhi," lanjutnya.

Bukan cuma Slank. Kamu tahu God Bless? Band legendaris yang tenar dan berjaya di panggung musik Indonesia sejak era 70an ini juga pernah terkena tuduhan melakukan plagiarisme dan sering kali dikaitkan dengan band asal Inggris, Genesis.

Sebagai contoh, lagu Huma di Atas Bukit yang bersemayam di album debut self-titled mereka memiliki kemiripan interlude dengan lagu Genesis yang berjudul Firth of Fifth. Bedanya, God Bless mengganti part kibord Tony Banks dengan sayatan gitar Ian Antono.

Selain Huma di Atas Bukit, intro lagu She Passed Away juga mirip dengan bagian tengah lagu The Musical Box. Itulah mengapa mereka mengaransemen ulang dua lagu tersebut dan menceploskannya ke dalam album kompilasi The Story of God Bless (1990). Di album ini, Huma di Atas Bukit dan She Passed Away dibuat lebih modern lewat sentuhan jemari dewa gitar Eet Sjahranie.

"Kalau God Bless dianggap meniru Genesis karena God Bless lahir belakangan, bagaimana dengan lagu Hash Pipe dari Weezeer yang intronya mirip intro lagu Kehidupan milik God Bless? Lagu God Bless beredar lebih dulu, dan terpaut 13 tahun dari peredaran lagu Weezeer? Mereka mau mengaku melakukan plagiarisme terhadap karya God Bless? Saya rasa tidak. Itulah mengapa, aturan 8 bar adalah masalah obligasi moral yang dikembalikan kepada masing-masing individu," urai Denny.

Slank, God Bless, Via Vallen dan D'Masiv dianggap plagiat (Ayu/era.id)

Plagiat Musisi Indonesia di Era Sekarang

Di awal abad ke-21, perkembangan informasi dan teknologi membuat akses masyarakat terhadap berbagai referensi musik jauh makin mudah. Dulu, khalayak musik harus membeli rilisan fisik yang cukup langka dan mahal. Sementara sekarang, mereka dengan mudah mendapatkannya dalam format digital. 

Terlepas dari sisi positif kemudahan akses tersebut, rilisan digital juga membawa efek negatif karena makin banyaknya musisi Indonesia yang secara sengaja ataupun tidak sengaja melakukan plagiarisme. Celakanya, hari ini, bukanlah sesuatu yang sulit untuk menelusuri kemiripan sebuah lagu dengan karya-karya lainnya.

Tuduhan plagiat yang cukup viral adalah kisah kesuksesan karier penyanyi dangdut Via Vallen dalam membawakan lagu yang berjudul Sayang. Di channel YouTube, popularitas lagu ini benar-benar fantastis.

Video tersebut mampu mencapai 144 juta viewer sejak diunggah pada 24 Februari 2017 sekaligus menjadikan Sayang sebagai salah satu lagu Indonesia yang paling banyak dilihat di YouTube.

Namun di balik popularitas lagu ini, tuduhan plagiat mengalir deras. Salah satunya datang dari band asal Yogyakarta, NDX aka. Sebagai pembawa awal lagu Sayang, mereka mengatakan lagu tersebut merupakan lagu Jepang yang dimodifikasi seorang musisi Surakarta bernama Anton Obama.

Tudingan itu terbukti dengan ditemukannya sebuah rilisan digital dari artis Jepang bernama Kiroro dengan judul Mirae. Dikutip dari channel YouTube 'Terbeken Musik', lagu Via Vallen sebenarnya adalah modifikasi dari lagu berbahasa Jepang.

"Lagu Sayang yang dipopulerkan oleh Via Vallen dan diklaim Anton Obama (sebagai) penciptanya dibuat pada 2006. Sebenarnya banyak nada yang sangat mirip dengan Lagu Hou Lai (versi mandarin) (1998) dan lagu dari Jepang Mirae (1996),” demikian keterangan dalam video tersebut.

Selain Via Vallen, masih ada lagu-lagu dari band Indonesia yang memiliki kemiripan dengan lagu dari band luar negeri. Salah satunya D’Masiv, yang diduga melakukan peniruan terhadap enam lagu dari enam band luar negeri berbeda.

Sebagai gambaran, intro dan tempo bass dalam Diam Tanpa Kata mirip dengan lagu Awakening dari Switchfoot. Lalu, Cinta Ini Membunuhku mirip dengan I Don’t Love You-nya My Chemical Romance, intro lagu Cinta Sampai di Sini mirip dengan intro Into The Sun dari Lifehouse. Kemiripan dari lagu-lagu tersebut terdeteksi di beberapa bagian seperti chord, intro, verse, hingga reff. 

Lagu-lagu D’Masiv lain yang memiliki kemiripan dengan lagu band luar negeri adalah Dilemma dengan Soldiers Poem dari Muse, Tak Pernah Rela dengan Is It Any Wonder dari Keane, dan Lukaku dengan Drive-nya Incubus. Mau tahu lebih banyak? Cek video di atas ya...

Di bawah ini, kami juga sertakan info grafis tentang sejumlah lagu Indonesia yang memiliki kemiripan atau bahkan 'mirip banget' dengan lagu-lagu band luar negeri.

Daftar lagu Indonesia yang mirip lagu band luar negeri (Ira/era.id)

Di artikel berikutnya, kami akan mengulas tentang kemiripan-kemiripan lagu Indonesia dengan lagu band luar negeri dilihat dari kacamata dan pengalaman pribadi salah satu wartawannya.

Rekomendasi
Tutup