Lanny Gumulya (loncat indah)
Wanita kelahiran Jakarta 13 November 1944 ini menorehkan sejarah dalam Asian Games 1962 yang diadakan di Jakarta. Kala itu, dia sebagai salah satu kontingen cabang olahraga loncat indah 3 meter, berhasil memboyong satu medali emas. Selain di Asian Games, Lanny juga meraih medali emas di Ganefo 1963, di Jakarta, untuk cabang olahraga yang sama.
Pada Asian Games 1962, seperti hal-nya 'plot twist' dalam sebuah film, kemenangan Lanny pun di luar dugaan, karena dua kontingen Jepang, yaitu Sakuko Kadokura dan Sakoko Tomoe, lebih diunggulkan sebelum pertandingan. Saat itu, Lanny adalah seorang underdog namun ternyata mampu mengalahkan atlet unggulan.
Lanny bukan sembarang atlet, pengalaman panjangnya di Pekan Olahraga Nasional (PON) dan berbagai kompetisi nasional sudah menempa dia sejak lama. Sebelum membuat sejarah di kancah internasional, ia telah menyabet medali emas PON 1961.
Sebagai atlet berprestasi, Lanny pensiun dini setelah menikah dengan Charlie Kartadinata, saat itu ia diboyong suami ke Spanyol dalam rangka liburan (bulan madu) selama tiga tahun.
Sekembalinya ke Indonesia, Lanny pernah ditawarkan untuk menjadi pelatih, namun, karena kesibukannya yang tinggi setelah menikah, membuat Lanny enggan mengindahkan tawaran dari KONI tersebut.
Infografis tiga jawara Asian Games (Ayu/era.id)
Lita Liem Soegiharto (tenis)
Seorang petenis profesional yang pernah menorehkan nama Indonesia di kancah internasional. Wanita kelahiran 27 Februari 1946 ini beberapa kali menyabet medali di beberapa kejuaraan.
Salah satu rekornya adalah dua kali mendapatkan Medali Emas pada Asian Games, pertama pada 1966 di Asian Games Bangkok, kedua di Tehran 1974, keduanya ia dapatkan di cabang olahraga tenis tunggal putri.
Lita juga mewakilkan Indonesia dalam laga tenis internasional seperti Wimbledon, Australian Open, French Open, US Open. Prestasinya, membawa Lita untuk unjuk gigi di Grand Slam tunggal dan ganda. Pada Australian Open 1970, ia berhasil menapaki perempat final pada ganda putri. Begitu juga di Wimbledon 1971, ia berhasil sampai perempat final.
Ini merupakan prestasi terbaik atlet tenis Indonesia kala itu. Keikutsertaannya pada kejuaraan dunia membuktikan kapasitas Lita dalam tenis dapat diperhitungkan.
Mohammad Sarengat (lari)
Atlet lari kelahiran Banyumas ini memiliki berbagai cerita dibalik kesuksesannya dalam menorehkan catatan emas Indonesia di kancah internasional. Mohammad Sarengat lahir pada tanggal 28 Oktober 1939, telah menutup usia di umur 74 tahun, tepatnya 13 Oktober 2014 di Jakarta.
Setelah pensiun sebagai atlet lari, ia pernah menjabat sebagai dokter pribadi wakil presiden Sultan Hamengkubuwono IX dan Adam Malik, Sekjen KONI, Direktur Operasi Gelora Bung Karno dan Kepala Bidang Pembinaan Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI).
Ia berhasil mendapatkan dua Medali Emas pada Asian Games tahun 1962 kategori lari 100 meter dan 110 meter lari gawang putra. Saat itu ia pun mampu mencetak rekor Asia dalam lari 100 meter dengan catatan 10,5 detik. Rekor tersebut berhasil bertahan selama 25 tahun sebelum dipecahkan oleh Purnomo dengan waktu 10,3 detik.