Tetapi, sebenarnya agak miris ketika kita membandingkan popularitas cabor sepak bola dengan prestasi yang dicapai. Dari level regional hingga internasional, susah mencari stigma keberhasilan skuat merah putih di cabor sepak bola.
Paling mentok, kita akan mengulang soal medali emas di ajang SEA Games, itupun dengan format lampau, sebelum ketentuan usia pemain U-23 diberlakukan. Selebihnya? Coba cek Wikipedia. Kamu akan menemukan banyak kata 'tidak'. Mulai dari tidak lolos, tidak berpartisipasi hingga tidak ikut.
Penyelenggaraan Asian Games ke-18 yang akan diselenggarakan di Jakarta dan Palembang pada 18 Agustus-2 September mendatang diharapkan mampu menjadi momen kebangkitan timnas sepak bola karena bermain di rumah sendiri. Meski tidak memiliki prestasi apik di Asian Games, tetapi harapan (dan kejutan) selalu kita nantikan dari timnas sepak bola Indonesia.
Nah, kali ini kita akan membahas prestasi timnas sepak bola Indonesia di Asian Games. Simak yuk...
Ilustrasi (Ira/era.id)
Asian Games 1958: Sinar Kebintangan Wowo Sunaryo
Tokyo, Jepang menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asian Games 1958. Kala itu, ada 14 tim sepak bola yang bertarung demi memperebutkan tiga medali.
Indonesia tergabung di Grup B bersama India dan Myanmar di mana dalam babak ini timnas sepak bola Indonesia begitu digdaya. Pemain Persib Bandung, Wowo Sunaryo berhasil mencetak quattrick saat melawan Myanmar (4-2) dan dua gol saat melawan India (2-1).
Keberhasilan timnas sepak bola Indonesia berlanjut hingga ke semifinal. Sayangnya, pada babak empat besar itu Indonesia harus takluk di tangan Taiwan dengan skor 0-1.
Kendati demikian, timnas sepak bola Indonesia tetap meraih medali perunggu setelah kembali memenangkan pertandingan melawan India dengan skor 4-1.
Asian Games 1958 akan diingat sebagai sejarah prestasi terbaik tim sepak bola Indonesia di acara multi event empat tahunan tersebut. Wowo Sunaryo juga mencetak prestasi sebagai pencetak gol terbanyak dengan 23 gol.
Asian Games 1962: Akhir Tragis Sang Tuan Rumah
Indonesia boleh berbangga, Jakarta didaulat menjadi tuan rumah Asian Games ke-4 pada 1962. Dibuka oleh Presiden Soekarno pada 24 Agustus 1962 di Stadion Senayan, gelaran multi event empat tahunan ini mengundang 140 atlet dari 17 negara dan mempertandingkan 13 cabor. Sepak bola adalah salah satunya.
Bertanding sebagai tuan rumah, timnas sepak bola Indonesia malah keok di hadapan pendukungnya sendiri. Indonesia gugur pada fase grup setelah kalah dramatis dari Malaya (Malaysia) dengan skor 2-3. Meski menang 1-0 di laga pembuka melawan Vietnam Selatan, Indonesia kalah selisih gol.
Yang bikin miris, Toni Pogacnik--pelatih timnas sepak bola saat itu--berurai air mata melihat 10 pemainnya ditahan di kepolisian militer, Jalan Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat. Tangis itu adalah kombinasi rasa kasihan dan rasa kesal atas kebodohan yang dilakukan para pemainnya.
Sepuluh pemain sepak bola dari tiga klub besar saat itu (enam pemain Persib, tiga pemain PSM, dan satu pemain Persebaya) terbukti menerima suap dan terlibat dalam pengaturan skor.
Kasus pengaturan skor dimulai saat melawan Vietnam Selatan di laga perdana. Rumor yang berkembang menyebutkan, 10 pemain sepak bola Indonesia melakukan pengaturan skor dan hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya sejumlah uang di kamar asrama, pusat pelatihan timnas.
Suap dilakukan bandar judi yang membayar Rp25 ribu kepada setiap pemain timnas sepak bola Indonesia yang mengatur skor pertandingan sesuai dengan kepentingan bandar. Nilai tersebut 1000 kali lebih besar dari insentif yang diberikan PSSI, yang hanya sebesar Rp25.
Asian Games 1986: 'Bangkit' Setelah Vakum
Setelah tragedi memalukan pada 1961, sepak bola Indonesia hancur lebur. KONI memutuskan untuk tidak lagi mengirimkan kontingen sepak bola ke ajang Asian Games dan mengambil masa vakum selama 16 tahun.
Absen di tiga edisi Asian Games--1974, 1978, 1982--AFC (Asian Football Confederation) memberikan teguran dan menyatakan akan menghukum PSSI apabila tidak mengirimkan kontingen sepak bola di Asian Games berikutnya.
PSSI akhirnya mengirimkan kontingen sepak bola di Asian Games Seoul 1986. Pelatih Indonesia saat itu, Bertje Martupelwa membangun skuat terbaiknya dengan membawa empat pemain bintang dari empat tim berbeda; Robby Darwis (Persib), Herry Kiswanto (Krama Yudha Tiga Berlian - KTB), Adolf Kabo (Perseman Manokwari) dan Ricky Yacob (Arseto Solo).
Meski terseok-seok di fase grup, timnas sepak bola Indonesia mampu mencapai semifinal sebelum ditaklukan Korea Selatan empat gol tanpa balas. Pembantaian terhadap timnas juga terjadi saat perebutan juara ketiga di mana timnas sepak bola Indonesia menyerah 0-5 dari Kuwait.
Asian Games 2014: Mengembalikan Muka Indonesia
Setelah penyelenggaraan Asian Games 1986, Indonesia kembali vakum pada cabor sepak bola Asian Games selama 20 tahun dan baru kembali berpartisipasi di Asian Games 2006 di Doha, Qatar. Tapi hasilnya sangat memalukan, karena hanya menjadi juru kunci grup dengan statistik kebobolan 11 gol dan hanya mencetak satu gol.
Pada Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, timnas sepak bola Indonesia berhasil mengembalikan muka dengan lolos hingga babak 16 besar. Sayangnya, Indonesia kalah 1-4 di tangan Korea Utara. Meski demikian, penyerang Ferdinand Sinaga berhasil menjadi top scorer dengan enam gol.
Bagaimana nasib timnas sepak bola Indonesia di Asian Games 2018? Apapun hasilnya, mari kita dukung Timnas Garuda. Karena sejatinya, menang atau kalah itu hal biasa. Yang memalukan adalah sengaja kalah ala 'sepakbola gajah' apalagi sampai menerima suap seperti yang terjadi pada 1962. Maju terus timnas sepak bola Indonesia! Jadilah bangsa pemenang!!!
Ilustrasi (Ira/era.id)