Sekilas saya berpikir, haus yang dirasakan Yuswanto itu barangkali refleksi dari lubuk hatinya, yang kehausan, merana karena terlalu lama dirundung sepi. Setelahnya, saya pamitan, lanjut menangkap sejumlah gambar keramaian demonstrasi Hari Buruh 2018 di sekitar Istana Negara hingga Monas, Selasa, 1 Mei 2018.
Beberapa menit sebelum sedotan terakhir es teh Yuswanto, kami terlibat obrolan. Lumayan panjang, sampai kesepian buruh konveksi itu berhasil tertangkap instingku sebagai makhluk sosial. Yuswanto cerita, pekerjaan telah menyita hidupnya. Terdengar klise memang, tapi begitulah.
Yuswanto cerita, dalam satu bulan, ia diwajibkan bekerja selama 26 hari. Memang, satu harinya Yuswanto bekerja tepat delapan jam, enggak lebih. Tapi, apa pula yang bisa ia lakukan dengan libur empat hari dan sisa waktu luang di sore hingga malam setiap harinya. Yuswanto bersumpah, enggak banyak. Boro-boro buat keliling cari jodoh di Banjir Kanal Timur seperti kawan-kawannya yang lain.
Tapi, bolos pun bukan pilihan bijak. Konsekuensinya terlalu berat: potong gaji. Jumlah potongannya lumayan, bayaran per harinya yang Rp96 ribu-an bisa melayang dari amplop. Dengan gaji penuh Rp2,5 juta saja, hidup Yuswanto sudah sulit. Dengan potongan-potongan, rencananya menabung untuk biaya menikahi siapa pun yang ia pacari nanti bisa berantakan. Maklum, butuh duit banyak buat gelar pesta pernikahan.
"Belum ada memang (kekasih). Tapi kan jodoh sebenarnya enggak ada yang tahu. Yang jelas, saya sudah tekad, saya nabung buat siapa pun nanti (dinikahi)," tutur Yuswanto kepada era.id.
Yuswanto memang harus berhitung. Usianya kini 34 tahun. Dengan waktu luang yang enggak begitu banyak, Yuswanto otomatis enggak punya banyak pilihan. Bukan pesimis, tapi begitulah realita. Soal duit pun begitu. Ia harus sungguh-sungguh. Waktunya untuk menabung makin sempit. Dan biaya menggelar pesta pernikahan makin besar.
Kesepian itu nyatanya enggak cuma dirasakan Yuswanto. Toni, buruh yang tergabung dalam Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) punya kisah yang senada. Pekerjaan telah membuat Toni lalai pada kewajiban manusiawinya menjalin cinta. "Bisa jadi karena faktor sibuk bekerja ... Jam lembur itu menurut saya pribadi malah mengurangi waktu untuk bercinta sama keluarga, kumpul sama keluarga, sama pasangan," kata Toni.
Toni lebih beruntung dari Yuswanto. Usianya kini 25 tahun. Meski belum punya kekasih, Toni punya tekad untuk menikahi siapa pun wanita yang nanti jadi kekasih. "Pengennya sih tahun ini," ujar Toni. Secara gaji pun, Toni lebih mapan. Dari gaji Rp3,5 juta yang ia terima tiap bulan, Toni mengaku bisa menabung Rp1 juta untuk modalnya menikah.
Biaya pernikahan
Pernikahan memang bisa sangat murah. Tanpa pesta, biaya pernikahan bahkan enggak sampai Rp1 juta. Biaya KUA hingga akhir 2017 diketahui sebesar Rp600 ribu. Itu sudah bersih. Namun, dengan segala kerendahan hati, budaya telah membuat hal tersebut --menikah tanpa pesta-- sebagai hal yang agak jarang. Jadi, kami akan bawa kamu pada simulasi paling realistis.
Dimulai dari biaya gedung. Rata-rata biaya sewa gedung pernikahan di Jakarta hari ini berkisar di angka Rp5-45 juta rupiah. Itu dari yang sangat sederhana hingga yang berlantai karpet. Dari yang berpendingin portable hingga yang berpendingin sentral. Atau, lupakan gedung. Ada pilihan lain seperti aula atau ruang serba guna yang berbiayar Rp1 hingga Rp5 juta.
Setelah gedung, katering jadi hal yang tentunya sangat penting. Enggak mungkin kan ngebiarin tamu bawa makanan sendiri saat datang ke pesta pernikahan kita. Berdasar informasi yang berhasil dihimpun tim era.id dari situs weddingku.com, ditemukan kenyataan bahwa kita harus membayar Rp20-Rp70 juta untuk mengisi perut tamu undangan.
Dirinci biaya paling murah untuk penyedia jasa katering Samarasa Catering, yakni Rp18 juta untuk 300 undangan atau 600 porsi makanan dengan hitungan komposisi makanan termurah, Rp30 ribu per porsi. Harga katering sejatinya sangat fleksibel, bergantung pada jumlah undangan dan jenis makanan apa saja yang hendak disajikan buat tamu undangan. Pokoknya, sangat mungkin untuk diotak-atik.
Kalau perkara tempat dan makanan sudah beres, kamu bisa agak lega. Sebab dua hal itu lah yang biasanya membutuhkan alokasi biaya paling besar. Tapi, di luar keduanya, kamu juga perlu menyiapkan sejumlah hal lain seperti dekorasi, make up, dokumentasi, souvenir, dan undangan. Entah berapa rincian detailnya.
Tapi, hasil tanya kanan-kiri, didapatlah kisaran angka Rp10 hingga Rp15 juta untuk biaya-biaya tersebut. Atau ada lagi gambaran agak gila yang dirinci oleh jasa wedding organizer (WO), Bantumanten. Lewat penelusuran pada situs bantugroupindonesia.com, didapat angka Rp85 juta untuk berbagai kebutuhan tadi, plus hiburan dan tenaga WO.
Selanjutnya, andai kamu ingin mendokumentasikan dirimu dan pasangan lewat sesi foto pre-wedding, kamu perlu menyiapkan dana Rp1,5 juta sampai Rp5 juta atau bahkan lebih. Berdasar wawancara kami dengan Muhammad Reza, Founder Rollastudio, ia memasang tarif Rp1,5 juta hingga Rp2 juta untuk sesi foto berdurasi delapan jam.
Cukup murah, mengingat fotografi bukan hal yang murah. Namun, tentu saja, biaya tersebut di luar akomodasi yang wajib disediakan klien selama sesi pemotretan. Kata Reza sih, mahal atau murahnya biaya pre-wedding biasanya sangat bergantung pada lokasi dan konsep foto yang diinginkan klien.
"Tergantung. Rincian untuk tarif sesi foto itu sudah bulat. Mahal murah itu tergantung mau foto di mana, atau mau konsep yang seperti apa. Itu biasanya diserahkan kepada klien," tutur Reza.
Namun, jangan gentar buat menikah. Kembali lagi, semua rincian di atas hanya gambaran yang didasari sejumlah informasi dan data yang kami himpun. Pada kenyataannya, murah atau mahalnya biaya pernikahan sangat bergantung pada kita sendiri. Jadi, bijaksana lah!