Jokowi Kalahkan Prabowo di Semua Simulasi Survei
Jokowi Kalahkan Prabowo di Semua Simulasi Survei

Jokowi Kalahkan Prabowo di Semua Simulasi Survei

By akuntono | 04 May 2018 08:20
Jakarta,era.id - Waktu pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden tinggal hitungan bulan. Semua partai politik berkonsolidasi, menjajaki koalisi, menentukan figur untuk dideklarasikan jadi pasangan capres-cawapres pada Pemilu 2019.

Sejauh ini, baru ada dua nama yang sudah dideklarasikan menjadi capres, yakni calon petahana Joko Widodo yang didukung PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai  Nasdem, PPP, dan PKB. Calon lawan Jokowi adalah Prabowo Subianto, rival lama yang didukung Partai Gerindra, dan masih berharap dapat dukungan dari PKS serta PAN.

Poros ketiga yang dimotori Partai Demokrat tidak kunjung terlaksana karena dua partai yang diajak berkomunikasi, PAN dan PKB, sibuk dengan agenda politik lainnya. Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sudah mendeklarasikan diri sebagai bakal capres pendamping Jokowi, sedangkan PAN mulai menapakkan kaki bersama partai pendukung Prabowo meski bayangannya masih tertinggal di barisan partai pendukung Jokowi.

"Untuk mewujudkan poros ketiga butuh keajaiban," kata Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, beberapa waktu lalu.

Siapa lawan Jokowi?

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanudin Muhtadi mengatakan untuk mencari tahu lawan Jokowi, dilakukan jajak pendapat dengan simulasi spontan, atau responden diminta menentukan calon presiden 2019 yang tepat tanpa diberi pilihan.

"Hasilnya 39,9 persen responden akan memilih Jokowi, 12,1 persen akan memilih Prabowo Subianto, 0,9 persen memilih Anies Baswedan, 0,7 persen memiliih Harry Tanoesoedibjo, 0,7 persen Tuan Guru Bajang (TGB), 0,7 Gatot Nurmantyo, 0,7 Susilo Bambang Yudhoyono, dan 0,6 Agus Harimurti Yudhoyono, serta 41,4 persen masih rahasia," kata Burhanudin, di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (3/5/2018)

Indikator politik lalu melakukan pemilihan semi terbuka, dan responden diberi nama- nama lalu diminta memilih figur tepat memimpin Indonesia ke depan. Menurut Burhanudin, pada tahap ini terjadi perubahan siginifikan karena responden yang merahasiakan pilihannya mengalihkan pilihannya untuk figur yang diajukan.

"Hasilnya 51,9 persen responden memilih Jokowi sebagai presiden, 19,2 persen memilih Prabowo Subianto, 2,2 persen Anies Baswedan, 2,0 persen Agus Harimurti, 1,7 persen Gatot Nurmantyo, 1,4 persen Hary Tanoe; 1,0 persen memilih Jusuf Kalla, dan 12,7 persen masih rahasia," ungkap Burhanudin.

Baca Juga : Elektabilitas Jokowi Belum Tertandingi

Berdasarkan angka tersebut, kata Burhanudin, nampak jelas suara Prabowo masih jauh tertinggal dari Jokowi. Burhanudin menilai elektabilitas mantan Danjen Kopassus itu masih kalah jauh dari Jokowi lantaran belum memulai masa kampanye. Adapun survei dilakukan sebelum Prabowo memperoleh mandat untuk maju sebagai capres.

Setelah dilakukan semi terbuka, jumlah calon presiden dikerucutkan lagi menjadi lima nama. Berdasarkan simulasinya, yang dipilih sebagai presiden bila pemilihan dilakukan saat ini adalah 56,5 persen responden memilih Joko Widodo, 24,2 persen memilih Prabowo, 4,1 persen memilih Anies Baswedan, 2,9 persen Gatot Nurmantyo, 2,9 persen memilih Agus Harimurti Yudhoyono, dan 9,5 persen masih rahasia.

Setelah simulasi lima nama, akhirnya Indikator Politik membuat head to head, antara Jokowi-Prabowo, Jokowi-Anies Baswedan, dan Jokowi-Gatot Nurmantyo. Kata Burhanudin, ketiga nama dipilih karena paling populer di masyarakat dan pilihan Indikator Politik.

"Adapun head to head antara Jokowi dengan Prabowo, berdasarkan survei nasional Indikator politik didapatkan 60,6 persen responden memilih Joko Widodo, 29,0 persen memilih Prabowo, sedangkan 10,4 persen masih rahasia," imbuh Burhanudin.

Untuk head to head Jokowi dengan Anies Baswedan maka hasilnya, 69,2 persen memilih Joko Widodo, 15,7 persen memilih Anies Baswedan dan 15,1 persen memilih rahasia. 

Jika Jokowi dihadapkan dengan Gatot Nurmantyo, maka 70,7 persen memilih Jokowi dan 14,5 persen memilih Gatot dan 14,8 persen rahasia. 

Survei dilakukan dengan metode simple random sampling pada Maret 2018 dan melibatkan 1.200 responden. Margin of error-nya sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Dukungan untuk Cak Imin kecil

 

Berdasarkan hasil survei tersebut juga dijabarkan beberapa nama yang cocok menjadi calom wakil presiden Joko Widodo. Nama Agus Harimurti muncul di urutan pertama dengan jumlah dukungan 16,3 persen, disusul kemudian Anies Baswedan dengan 13 persen, Gatot Nurmantyo dengan 7 persen.

Uniknya sosok Ketua Umum PKB yang selama ini gencar menyuarakan jadi cawapres Jokowi hanya berada jauh di bawah dengan 2,6 persen. 

"Adapun sosok di luar partai politik yang dilihat mampu mewakili Jokowi di antaranya adalah Sri Mulyani dengan 18,3 persen, Mahfud MD dengan 13 persen, Tito Karnavian dengan 9,4 persen dan Chairul Tanjung dengan 8,8 persen," tutur Burhanudin.

Sedangkan untuk wakil yang cocok mewakili Prabowo, di tempat pertama ada Anies Baswedan dengan 15,1 persen, Agus Harimurti dengan 10,8 persen, Gatot Nurmantyo 10,1 persen dan Ridwan Kamil dengan 8,7 persen. 

Baca Juga : PDIP Paling Loyal Dukung Jokowi

Gertakan PKS untuk Gerindra 

Dalam survei Indikator Politik, terdapat rilis elektabilitas partai politik menjelang pilpres 2019. Sejauh ini, elektabilitas PDIP berada di urutan teratas dengan 27,7 persen; Partai Gerindra 11,4 persen; Partai Golkar 10 persen; Partai Demokrat 6,6 persen; PKB 5,8 persen; 

Partai Perindo 4,6 persen; PKS 4 persen; PPP 3,5 persen; Partai Nasdem 2,7 persen; PAN 1,9 persen; Partai Garuda 0,7 persen; Partai Hanura 0,5 persen; PBB 0,3 persen; Partai Berkarya 0,3 persen; PSI 0,2 persen; dan lain-lain 0,1 persen.

Partai Gerindra yang saat ini belum cukup memenuhi PT untuk ikut pilpres terus mencari koalisi. PKS sadar posisinya penting, dan mendorong Partai Gerindra menyisakan satu kursi cawapres jika ingin berkoalisi. 

Baca Juga : Gerindra-PKS Tak Selamanya Mesra

Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera melihat koalisi yang besar dan banyak partai hanya akan menambah beban Prabowo Subianto dalam menghadapi Joko Widodo. Menurut Mardani, Gerindra tidak membutuhkan koalisi besar untuk memenangkan Pilpres 2019. 

"Koalisi besar belum tentu menjadi gerbang yang efektif dalam bekerja, ketimbang aset (suara), koalisi besar boleh jadi menjadi beban," kata Mardani, Kamis (3/5/2018).

"Pertimbangan utamanya kan kalau PAN sudah 2014, sekarang jatahnya PKS," tambah Mardani.

Mardani menggertak Partai Gerindra, jika tidak memberi kursi cawapres, kemungkinan 70 persen suara PKS yang selama ini mendukung Prabowo akan berpindah ke rivalnya, Jokowi. Hal tersebut bukanlah sesuatu yang tidak mungkin, Dalam survei indikator kemarin, Mardani sempat ditawari politisi PDI-Perjuangan, Maruara Sirait, untuk bergabung dengan Joko Widodo seandainya tidak diberi kursi cawapres oleh Partai Gerindra.

"Kita jawabnya nanti saja," ujar Mardani diiringi tawa para hadirin.

 

Rekomendasi
Tutup