Jakarta, era.id - Selasa (8/5) malam, 21.30 WIB, kerusuhan pecah di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok. Para tahanan berhasil merebut senjata laras panjang setelah menjebol teralis besi dan menguasai ruang amunisi di gedung tahanan. Baku tembak pun terjadi antara narapidana dan petugas yang terdiri dari Densus 88 dan personel Brimob.
Kejadian berawal ketika seorang narapidana terorisme diperiksa penyidik Densus 88 di ruang tahanan titipan pada sore hari pukul 15.00 WIB. Beberapa jam kemudian, seorang narapidana terorisme membuat keributan, berteriak dan memukul-mukul tembok rutan untuk menagih makanan kiriman keluarganya yang tertahan di tangan petugas jaga.
Kata Karo Penmas Polri Brigjel M Iqbal lima anggota polisi tewas dalam peristiwa ini. Salah seorang lagi berasal dari napi teroris. Iqbal menjelaskan, napi tersebut terpaksa dilumpuhkan karena mencoba melawan dan merebut senjata polisi.
"Ini tindakan tegas dan terukur dari polisi," kata Iqbal.
Infografis "Kronologi Kerusuhan Mako Brimob" (Retno Ayuningtyas/era.id)
Peristiwa lalu
Sebelum peristiwa tadi malam, kerusuhan juga pernah terjadi di Mako Brimob pada 10 November 2017. Hari itu, selepas salat jumat, Densus 88 melakukan penggeledahan telepon genggam ke kamar-kamar sel narapidana. Para narapidana yang tak terima kemudian melakukan perlawanan, hingga kerusuhan pun pecah pada 16.00 WIB.
Empat narapidana disebut sebagai pemantik kerusuhan. Mereka, Juhanda, Saulihun, Kairul Anam, dan Jumali tak terima telepon genggamnya disita. Keempatnya kemudian melakukan provokasi hingga keributan pecah di salah satu blok rutan.
Tidak ada korban jiwa dalam kerusuhan tersebut. Namun, sejumlah fasilitas di rutan berhasil dirusak, misalnya pintu sel tahanan yang berhasil dijebol, pintu pagar lorong blok, serta kaca jendela di Blok B dan Blok C.
Baca Juga : Kerusuhan Mako Brimob dan Pertanyaan yang Mengganjal
Lalu, kenapa persoalan sepele begitu mudah memancing kerusuhan di Mako Brimob?
Direktur Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya menyebut kebencian dan dendam para narapidana terhadap petugas dan polisi jadi sebab gampangnya kerusuhan tersulut di Mako Brimob. Ibaratnya, sedikit gesekan pun dapat membakar amarah para narapidana terorisme.
"Pada dasarnya, semua napiter yang di rutan Mako Brimob itu memendam kebencian kepada aparat polisi. Jika ada momen dan pemantiknya maka dengan mudah mereka akan melakukan aksi-aksi nekat menyerang aparat kepolisian," jelas Abu saat dihubungi era.id.
Karenanya, Abu mendorong otoritas terkait segera memberi penjelasan soal peristiwa ini. Jangan sampai kabar-kabar yang beredar liar malah memicu kerusuhan meluas.
"Kasusnya harus dibeber secara transparan oleh polisi kepada publik. Apakah kasus itu spontanitas atau karena ada pemicu yang sengaja dibuat dari pihak napiter atau aparat atau karena gesekan yang tidak disengaja kemudian menjadi pemantik kemarahan napiter," kata Abu.