Kerusuhan Mako Brimob dan Tantangan Moderasi Islam
Kerusuhan Mako Brimob dan Tantangan Moderasi Islam

Kerusuhan Mako Brimob dan Tantangan Moderasi Islam

By Moksa Hutasoit | 09 May 2018 20:40
Jakarta, era.id - Ibu pertiwi berduka. Lima anggota polisi gugur dalam kerusuhan di dalam Mako Brimob Kepala Dua, Depok, Jawa Barat.

Ada yang harus menjadi perhatian khusus terkait peristiwa kelam ini. Moderasi Islam untuk mencegah tumbuhnya paham radikalisme di Indonesia masih menjadi tantangan bagi seluruh anak bangsa.

"Mari kita semua anak bangsa bergandeng tangan untuk terus memerangi radikalisme dengan kembali pada ajaran Islam yang menebarkan perdamaian dan menjadi rahmat bagi semesta alam," ujar Sekretaris Umum Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi), Nasyirul Falah Amru, Jakarta, Rabu (9/5/2018).

Falah menjelaskan, proses moderasi Islam untuk mencegah radikalisme harus dimulai sejak dini, bahkan di bangku kuliah. Sebab, merujuk pada penelitian Badan Intelijen Negara (BIN), 39 persen mahasiswa di Indonesia, telah berpaham radikal.

Baca juga: Menanti Last Resort di Mako Brimob Polri

"Generasi millenial bangsa ini harus menjadi aktor-aktor penggerak bangsa saat Indonesia mengalami bonus demografi 2030. Bukan menjadi penghancur bangsa dengan paham radikalisme yang telah menyusupinya," kata Falah.

Bamusi yang merupakan organisasi sayap keislaman PDI Perjuangan itu mendukung penuh aparat kepolisian untuk memberantas terorisme. Falah juga menyampaikan rasa belasungkawa yang sedalam-dalamnya terhadap lima polisi yang gugur dalam kerusuhan ini. Bamusi menegaskan aksi terorisme dalam bentuk apapun tidak pernah dibenarkan dalam ajaran Islam.

"Islam itu agama cinta damai. Kalau aksi terorisme di Mako Brimob membawa-bawa ajaran Islam, disebut jihad dan sebagainya, jelas teroris-teroris itu salah kaprah," kata anggota DPR ini.

Penyebab kerusuhan di Mako Brimob ini hanya karena masalah sepele, soal makanan. Napi teroris yang tidak sabar lantas membuat keributan. Padahal SOP dari kepolisian, tegas menyebut, makanan apapun yang berasal dari luar harus melewati pemeriksaan super ketat. Polisi ingin memastikan makanan itu aman dan sehat. Termasuk jangan sampai ada barang-barang terlarang diselundupkan melalui makanan itu.

Baca juga: Satu Polisi Masih Disandera Teroris di Mako Brimob

Situasi di depan Mako Brimob Kelapa Dua sore tadi, Rabu (9/5) (Raka Puty/era.id)

Kejadian ini berawal ketika seorang narapidana teroris diperiksa penyidik Densus 88 di ruang tahanan titipan pada Selasa (8/5) pukul 15.00 WIB kemarin. Seorang tahanan teroris berteriak dan memukul tembok rutan menagih janji akan diberikan makanan.

Setelah itu, pukul 21.30 WIB, para tahanan teroris mendorong teralis besi hingga jebol. Kemudian mereka mengambil senjata laras panjang dan menjebol ruang amunisi di dalam gedung tahanan. Terjadilah baku tembak antara tahanan teroris dan personel Densus 88 dan Brimob.

Kerusuhan ini menimbulkan enam korban jiwa. Lima anggota polisi gugur dalam peristiwa ini. Seorang lagi berasal dari napi teroris. Napi tersebut terpaksa dilumpuhkan karena mencoba melawan dan merebut senjata polisi.

Penjagaan ketat di sekitaran Mako Brimob Kelapa Dua, Depok (Yohanes/era.id)

 

Rekomendasi
Tutup