Kata Soeharto, krisis tidak hanya mengganggu pertumbuhan ekonomi, tapi juga memaksa berbagai sektor kegiatan lain merosot hingga dapat menghentikan berbagai usaha. Selain itu, krisis moneter juga berdampak terhadap kestabilan sosial dan politik.
"Keadaan ini mengakibatkan bertambahnya pengangguran yang pada gilirannya memicu berbagai masalah sosial seperti meningkatnya kemiskinan, kriminalitas, dan ancaman terhadap kestabilan politik," kata Soeharto seperti dikutip dari koran Republika (12/5) tahun 1998.
Soeharto berbicara soal krisis dalam negeri bukan di Indonesia. Lokasinya ribuan kilometer dari negeri ini. Soeharto berbicara mewakili anggota wilayah Asia pada KTT VIII Kelompok 15 di Kairo, Mesir (11/5/1998).
Menurut Presiden Soeharto, pertemuan KTT VIII Kelompok 15 berlangsung pada saat kawasan Asia sedang dilanda krisis ekonomi dan moneter yang sangat berat. Krisis Asia tersebut membawa dampak yang luas, Soeharto mengatakan krisis yang sudah terjadi setahun ini belum ada tanda-tanda mau berakhir.
Saat bertandang ke Kairo, Presiden Soeharto menjadi pembicara pertama yang mewakili negara-negara Asia. Mensesneg Saadilah Mursjid, Menlu Ali Alatas, Penasihat Ekonomi Presiden Prof Dr Widjojo Nitisastro, serta Dubes Indonesia untuk Mesir Hasan Wirayuda mendampingi Presiden pada acara KTT ini.
Presiden-presiden dari negara lain yang tergabung dalam kelompok 15 negara-negara berkembang (G-15) juga turut menyampaikan pidato mereka. Mereka fokus terhadap isu Amerika Latin dan Afrika.
Pembukaan yang berlangsung di Istana Kepresidenan Ittihadiya ini akan memberi perhatian pada upaya yang memungkinkan negara berkembang menghindari guncangan krisis keuangan di Asia Tenggara. Selain itu, juga bertujuan untuk menghimpun pengaruh serta kesatuan suara dalam perundingan perdagangan dunia.
Infografis pernyataan Presiden Soeharto pada KTT VIII Kelompok 15 di Kairo (Hilmy/era.id)
Dalam pidatonya tidak lebih dari 15 menit itu, Presiden Soeharto mengatakan, yang perlu mendapat perhatian dari krisis Asia adalah kenyataan negara-negara terkena krisis yang justru menganut sistem perkonomian dan perdagangan terbuka. Soeharto mengingatkan apabila perekonomian negara-negara tersebut tidak segera pulih, maka dikhawatirkan kawasan di seluruh Asia akan terkena imbasnya.
Akibat krisis ekonomi berkepanjangan ini, telah melenyapkan sebagian besar prestasi dah hasil pembangunan maksimal yang sudah dibangun selama hampir tiga dasawarsa. Dirinya mencontohkan pertumbuhan ekonomi yang selama dua dekade berturut-turut mencapai sekitar tujuh persen setahun, bisa merosot menjadi minus empat persen. Dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan meningkat secara signifikan. Makanya, Indonesia terus berusaha menambal krisis tersebut termasuk menjalin kerja sama dengan IMF.