Mako Brimob Tidak Layak Untuk Napi Teroris
Mako Brimob Tidak Layak Untuk Napi Teroris

Mako Brimob Tidak Layak Untuk Napi Teroris

By Riki Noviana | 10 May 2018 21:11
Depok, era.id - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengaku, pihaknya sedang mengevaluasi peristiwa kerusuhan di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat yang terjadi pada Selasa (8/5/2018) malam. Hasil sementara, Rutan Brimob sudah tak layak menjadi tempat tahanan narapida teroris.

"Karena ini bukan maximum security. Ini dulunya adalah tempat bagi anggota Polri yang terlibat pidana," kata Tito di depan gedung Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Kamis (10/5).

Selain itu, sambung Tito, Rutan Mako Brimob sudah melebihi kapasitas. Karena, dengan kapasitas maksimal 90 narapidana justru berisi 155 narapidana.

"‎Saya juga baru tahu sampai 155 orang di dalam itu. Jadi sangat sumpek sekali," katanya.

Peristiwa kerusuhan di Mako Brimob ini mengakibatkan lima petugas polri tewas. Mereka yang tewas ini, kata Tito bukan petugas ‎kriteria penindak ataupun pemukul. Mereka petugas yang tergabung dalam tim pemberkasan.

"Anggota kami yang gugur lima, kami semua berduka," ungkapnya.

Lebih jauh, Tito menjelaskan, lima petugas yang tewas ini dibunuh narapida teroris menggunakan pi‎stol milik lima petugas itu. Meski kelima anggota itu tergabung dalam tim pemberkasan, mereka tetap dilengkapi dengan senjata api.

"‎Di samping itu ada juga barang bukti senjata yang ditaruh di situ untuk ditunjukkan kepada tersangka, itu juga yang dirampas. Selama ini mungkin dianggap enggak ada masalah, sehingga dilaksanakan itu sebetulnya ada kelemahan, itu yang dirampas‎," kata dia.

Tito juga menjelaskan, sedikitnya 1.000 petugas dikerahkan untuk melumpuhkan 155 narapidana teroris yang berulah di Mako Brimob Kelapa Dua.

"Jumlah anggota  yang kepung hampir 800 sampai 1000. Saya anggap cukup itu," katanya.

Tito melanjutkan, saat peristiwa kerusuhan di Mako Brimob Kelapa Dua terjadi dia sedang berada di luar negeri menjalankan tugas negara yakni menghadiri undangan King Abdullah II Raja Yordania. 

"Saya, Selasa malam dapat informasi peristiwa yang ada di rutan. Saya segera melakukan koordinasi dengan Kadensus Antitetor 88, Dankorps Brimob. Kemudian saya juga disampaikan kepada Wakapolri untuk memimpin langsung didampingi Kapolda Metro," kata dia.

Untuk mengatasi kerusuhan itu, Tito berkoordinasi dengan Presiden Joko Widodo di mana presiden kemudian menginstruksikan Tito untuk bertindak tegas dan tidak boleh kalah dari teroris.

"Saat itu kami memiliki opsi. Opsi kami langsung masuk atau memberi peringatan dulu beberapa waktu. Akhinya kami berikan peringatan kepada mereka. Sepanjang malam peringatan sudah disampaikan. Alhamdulillah satu sandera anggota Polri, Brigadir Iwan Sarjana jam 12 malam itu dilepas oleh mereka dan besok paginya mereka kemudian keluar menyerahkan diri," pungkasnya.

Tags :
Rekomendasi
Tutup