Perempuan Lebih Rasional Sikapi Radikalisme

| 11 May 2018 21:03
Perempuan Lebih Rasional Sikapi Radikalisme
Ilustrasi perempuan (Sumber: Pixabay)
Jakarta, era.id - Sebuah survei yang dilakukan The Wahid Institute mengungkap sebuah fakta menarik tentang radikalisme. Hasil survei itu menunjukkan, radikalisme enggak begitu laku di kalangan kaum hawa.

Artinya, secara enggak langsung, kita bisa berharap pada kaum hawa untuk melawan paham radikal dan berbagai tindakan ekstrem yang didasarinya. Dalam survei itu, terungkap 80,8 persen perempuan di Indonesia enggak setuju dengan radikalisme.

Angka tersebut menunjukkan rasionalitas kaum perempuan dalam hal ini nyatanya lebih tinggi ketimbang kaum laki-laki yang tingkat skeptis terhadap paham radikalnya hanya 76,7 persen.

Enggak cuma itu, Yenny Wahid selaku Direktur The Wahid Institute mengatakan, hasil ini menunjukkan besarnya potensi yang dimiliki para wanita untuk jadi agen perdamaian.

"Hasil ini sangat menggembirakan, karena mayoritas perempuan muslim di Indonesia dapat dikatakan tidak ingin menjadi radikal. Perempuan muslim Indonesia justru memiliki potensi menjadi agen perdamaian," kata Yenny dalam keterangan yang dikutip dari Antara, Jumat (11/5/2018).

Seirama dengan temuan angka skeptis terhadap paham radikal, survei ini juga menunjukkan perempuan jauh lebih toleran dibanding laki-laki. Menurut survei tersebut, angka intoleransi perempuan adalah 2,3 persen, lebih dari separuh tingkat intoleransi kaum laki-laki yang mencapai 5,2 persen.

Menyikapi perbedaan agama

Temuan terkait rendahnya angka intoleransi kaum perempuan nyatanya beriringan dengan tingginya sikap toleran kaum perempuan dalam menyikapi perbedaan agama dan keyakinan. 

Tercatat, 80,7 persen perempuan Indonesia mendukung hak kebebasan menjalani ajaran agama dan keyakinan. Lebih tinggi dari angka toleransi laki-laki terhadap perbedaan agama dan keyakinan yang hanya 77,4 persen.

Survei yang dilakukan The Wahid Institute ini dilaksanakan pada Oktober 2017. Dalam menggelar survei ini, The Wahid Institute menggandeng Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan United Nation Women. Survei ini sendiri merupakan bagian dari program Perempuan Berdaya dan Komunitas Damai.

Survei dilakukan dengan metode wawancara tatap muka, di mana setiap pewawancara ditugaskan melakukan interview dengan sepuluh responden.

Rekomendasi