Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Gereja Kristen Indonesia Diponegoro dan Gereja Santa Maria Tak Bercela adalah lokasi kebiadaban pelaku teror. Presiden Jokowi pun sampai mengklasifikasi kelakuan peneror ini di luar batas kemanusiaan.
Kami ajak kamu untuk mengenal lebih dekat tiga gereja yang jadi lokasi bom bunuh diri itu.
Gereja Santa Maria Tak Bercela, Jalan Ngagel Madya
Sejarah berdirinya Gereja Katolik Paroki Santa Maria Tak Bercela (SMTB) Ngagel di Surabaya dimulai pada 1958. Saat itu, Keuskupaan Surabaya membeli beberapa petak tanah untuk mempersiapkan gedung gereja beserta rumah pasturan dan gedung sekolah di masa mendatang.
Pada 5 November 1967, akhirnya Gereja SMTB didirikan dan diberkati oleh Pastur M Van Direl CM, dan dilanjutkan perinitisannya kepada Pastur H.A. Massen CM. Perluasan gereja dilakukan pada 1968, yang dahulunya merupakan sebagian dari bangunan SDK Santa Clara di Jalan Ngagel Madya Nomor 1 Surabaya.
Baca Juga : Bom Surabaya Libatkan Anak-anak
Pada akhirnya, 23 Oktober 1974, pendirian secara resmi Gereja SMTB dikukuhkan pejabat Kota Madya Surabaya dan disaksikan Bimas Katolik, Kanwil Depag Jatim. Gereja SMTB mampu menampung sekitar 1.500 umat. Setelah itu, Gereja SMTB melakukan beberapa kali renovasi, pada 2001, 2002, hingga 2007.
Selain itu, Gereja SMTB juga memiliki stasi yang bernama St Agustinus. pembangunan stasi dimulai pada 2000 dan mampu menampung kurang dari 1.000 orang.
Penyebaran tiga lokasi bom di Surabaya (Yuswandi/era.id)
Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro
Tiong Hwa Kie Tok Kauw Hwee (THKTKH) Jawa Timur adalah cikal bakal dari sejarah pendirian berbagai GKI di Jawa Timur, salah satunya adalah GKI Diponegoro.
Beberapa tokoh TKHTKH antara lain Ds, Han Bing Kong dan Ds. Oei Liang Bie menginisiasi pendirian sebuah gereja di Jalan Diponegro No 146, Surabaya. Pada 17 Juni 1973, GKI akhirnya resmi didirikan dan diresmikan Pdt Yahya kumala.
Baca Juga : Jokowi Minta Pelaku Teror Diungkap hinga Akarnya
Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Arjuno
GPPS didirkan 25 Februari 1964 di Jalan Arjuno, Surabaya. Kelahiran GPPS adalah awal dari penyebaran aliran Pantekosta di Jawa Timur. Selain itu, kompleks GPPS juga didirikan sekolah alkitab dan sekolah-sekolah kristen. Pendiri GPPS adalah Pdt. Ishak Lew Lewi Santoso.