Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, faktor itu juga yang juga jadi penyebab utama kerusuhan di Mako Brimob meledak. Dia pun meluruskan kalau kerusuhan di sana bukan cuma soal makanan.
"Jadi bukan hanya karena makanan. Jadi memang sudah ada kemarahan," kata Tito di Surabaya, Minggu (13/5/2018).
Kata Tito, saat ini, sel teroris yang ada di Indonesia terkategori kecil. Apalagi, pimpinan mereka, pimpinan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Aman Abdurahman sudah ditangkap polisi karena menjadi otak bom Thamrin 2016.
Sebenarnya, kursi pimpinan JAD Indonesia diberikan kepada pimpinan JAD Jawa Timur Zainal Anshori. Tapi, si pimpinan baru ini juga ditangkap polisi karena keterlibatan penyelundupan senjata dari Filipina beberapa waktu lalu.
Setelah dua pimpinan ini ditangkap, JAD di Indonesia yang berafiliasi dengan ISIS jadi tidak punya pemimpin dan panutan. Mereka pun membentuk sel-sel kecil untuk bertahan.
(Infografis penjelasan JAD dan JAT/era.id)
Di samping itu, ISIS pusat di Suriah sana juga dalam keadaan terjepit oleh kedigdayaan Barat dan Rusia. Ini pula yang membuat ISIS di seluruh dunia diperintahkan untuk memberontak. Tapi, untuk di Indonesia, sel-sel ISIS sulit bergerak karena kepalanya sudah dilumpuhkan.
"Peristiwa Mako Brimob itu membuat sel lain, yang mereka memang maunya panas karena ada instruksi ISIS Suriah dan para pimpinan ditangkap, mereka ambil momentum untuk melakukan pembalasan ini," ujar Tito.
Setelah kerusuhan di Mako Brimob, sel-sel teroris di Indonesia mulai meletup. Mulai dari penyerangan Bripka Mahrum Prencje di dekat Mako Brimob pada Kamis 10 Mei. Sang polisi meninggal dunia karena ditusuk pelaku. Si pelaku berinsial TS pun ditembak mati polisi.
Kemudian, pada Jumat 11 Mei, polisi menangkap empat orang teroris dari Karawang yang ingin menyerang Mako Brimob. Dari penangkapan ini, dua orang ditembak dan membuat satu orang meninggal dunia. Mereka yang ditangkap berinsial AM, HG, RA dan JG.
Baca Juga : Alasan Mengapa Tak Boleh Sebut Terorisme Isu Agama
Selanjutnya, Minggu 13 Mei, polisi menangkap empat orang teroris, berinisial BBR, DCM, AR, dan HS, di Cianjur, Jawa Barat. Mereka juga ingin menyerang Mako Brimob, Depok. Saat ditangkap mereka melawan dan polisi pun menembak mati mereka. Bersama mereka disita beragam senjata, amunisi dan pisau yang diolesi racun.
"Dan, yang di Jatim ini, ini yang sel yang bergerak JAD Surabaya. Satu keluarga diduga Dita (Dita Oepriarto)," ujar Tito.
Dita Oepriarto dan Puji Kuswati yang merupakan pasangan suami istri turut melibatkan empat anak mereka dalam aksi bom bunuh diri di Surabaya. Dua anak perempuan mereka, FR (8) dan FS (12), serta dua anak lelaki YF (17) dan FH (15).
Mereka melakukan teror bom di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Gereja Kristen Indonesia Diponegoro dan Gereja Santa Maria Tak Bercela.