Selain itu, BI juga mendorong aparat penegak hukum untuk memulihkan stabilitas keamanan agar tidak memberikan dampak lanjutan terhadap stabilitas perekonomian.
"Kepercayaan investor kami lihat masih tetap terjaga. Bank Sentral mendukung aparat hukum dan keamanan dalam menangani masalah keamanan," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Agusman sebagaimana kami kutip dari Antara, Senin (14/5/2018).
Meski begitu, ekonom Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail menilai sejumlah serangan teror bom di Surabaya dan Sidoarjo memberikan sedikit sentimen terhadap pelemahan rupiah, meski dampaknya masih terbatas.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada perdagangan Senin pagi terpantau melemah 25 poin menjadi Rp13.968 per dolar AS.
Infografis "Ledakan Mapolrestabes Surabaya" (Yuswandi/era.id)
Terror doesn't work
Ketimbang serangan bom Surabaya, nyatanya ekspektasi inflasi di Amerika Serikat lebih memberikan dampak bagi iklim investasi dan perekonomian nasional. Rendahnya ekspektasi inflasi Amerika Serikat menyusul data impor pada April 2018 terpantau mendampaki penguatan dolar AS.
Dilansir Antara, salah satu faktor yang menjaga nilai tukar rupiah adalah sinyal kuat akan dinaikannya tingkat suku bunga kebijakan Bank Indonesia (BI 7-Day Repo Rate) dalam waktu dekat.
Baca Juga : Bom Gereja Surabaya 18 Orang Meninggal Dunia
Lebih dari itu, otoritas bursa juga mengimbau para investor agara tak terpengaruh aksi teror dan lebih baik melihat kondisi fundamental perekonomian domestik yang terus membaik sebagai pertimbangan investasi.
"Kepada seluruh pelaku pasar untuk tetap tenang dan beraktivitas secara normal," kata Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio.
Menurut Tito, serangan teror nyatanya tak pernah berhasil mendampaki perekonomian bangsa. Pada teror bom Thamrin 14 Januari 2016, misalnya yang juga tak berpengaruh besar terhadap kegiatan di pasar modal.
Baca Juga : Terorisme Tak Ganggu Persiapan Asian Games 2018
Pada saat terjadinya teror itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat terkoreksi 77,86 poin atau 1,72 persen di level 4.459,32 poin.
Namun, lanjut dia, koreksi IHSG tersebut hanya reaksi sesaat atau bersifat sementara karena pada penutupan perdagangan sesi II di hari yang sama, IHSG hanya ditutup melemah tipis 0,53 persen dan keesokan harinya justru menguat 0,24 persen.
"Itu menunjukkan investor di pasar modal tidak terpengaruh oleh gerakan teror yang terjadi," paparnya.