Saat mendengar ledakan, Roni yang berada di sekitar lokasi kejadian langsung menoleh dan berlari menyelamatkan anak perempuan yang dia lihat selamat dari ledakan. Anak perempuan itu selamat karena terpental sekitar tiga meter sesudah ledakan pertama.
"Tujuan saya cuma satu mas, kemanusiaan dan rasa iba karena melihat kondisi anak yang penuh darah," kata Roni, yang menjabat Kasat Narkoba tersebut, seperti dikutip Antara.
Usai aksi penyelamatan itu, terdengar lagi suara ledakan hingga radius 200 meter dari Mapolrestabes Surabaya sekitar pukul 10.05 WIB, yang diduga berasal dari bom yang sebelumnya dibawa pelaku, namun belum sempat meledak.
Berdasarkan rekaman kamera CCTV, pelaku bom bunuh diri berusaha masuk ke Mapolrestabes Surabaya namun dihadang petugas penjaga di depan gerbang, dan kemudian bom meledak.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, pelaku penyerangan bom di Mapolrestabes Surabaya merupakan satu keluarga yang mengendarai dua sepeda motor.
"Ada lima orang. Mereka ini masih satu keluarga, lagi masih diidentifikasi oleh kita," ujar Tito.
Baca Juga : Kisah yang Tercecer dari Bom di Mapolrestabes Surabaya
Suasana setelah ledakan bom di Mapolrestabes Surabaya, Jawa Timur, Senin (15/5/2018). (Hamni/era.id)
Dalam aksinya, lima orang itu meledakkan diri dan empat di antaranya meninggal dunia. Seorang yang selamat adalah AA (8), anak perempuan yang diselamatkan Roni. Ais saat ini masih dirawat intensif di Rumah Sakit PHC Surabaya.
Peristiwa ledakan di Mapolrestabes Surabaya, merupakan peristiwa keempat yang terjadi dalam dua hari terakhir di Surabaya. Sehari sebelumnya tiga bom meledak di tiga tempat, yakni di Gereja Santa Maria Tak Bercela Ngagel, GKI Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Jalan Arjuna.
Baca Juga : 18 Orang Meninggal akibat Bom Surabaya
Selain empat korban tewas, ada 10 korban luka akibat ledakan di Mapolrestabes Surabaya, empat orang di antaranya anggota polisi, dan enam masyarakat yang kini dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim.
Empat anggota kepolisian yang terluka adalah Bripda M Maufan, Bripka Rendra, Aipda Umar, dan Briptu Dimas Indra. Sedangkan enam korban masyarakat adalah Atik Budi Setia Rahayu, Raden Aidi Ramadhan, Ari Hartono, Ainur Rofiq, Ratih Atri Rahma, dan Eli Hamidah.