Surabaya, era.id - Selang infus masih terpasang di tangan kanan Wenny Angelina saat datang ke rumah duka Abijasa di Jalan Demak, Surabaya. Sebagian wajahnya masih penuh luka. Tidak terbayang perasaan Wenny kala itu.
Wenny adalah ibu dari Vincentius Evan Hudojo (11) dan Nathanael Ethan Hudojo (8). Dua bocah lucu yang kini terbujur kaku di dalam peti. Mereka meninggal karena ledakan bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Minggu (13/5) lalu.
Entah apa dia merasa mujur atau tidak, Wenny selamat dalam serangan bunuh diri itu. Namun dengan tubuh dan wajah yang penuh luka. Wenny pun cuma dikasih waktu empat jam saja untuk datang ke rumah duka tiap hari.
Wenny datang untuk pertama kali ke rumah duka pada Selasa (15/5) lalu. Diantar ambulans dan pengawalan dokter, Wenny diangkut dengan tempat tidur dari RS. Keesokan harinya, Wenny kembali datang. Masih dengan selang infus yang terpasang. Tapi kali itu Wenny punya tugas terakhir kalinya.
Wenny Angelina, Ibunda Evan dan Nathan di depan peti jenazah (Hamni/era.id)
Dibantu kerabat, Wenny ikut memilih baju yang mau dimasukkan ke dalam peti kedua anaknya. Sesekali baju itu diciumi Wenny. Tidak hanya baju, benda-benda kesayangan Evan dan Nathan juga dimasukkan ke dalam peti.
Baca juga: Benda Kesayangan Evan dan Nathan di Dalam Peti
Baca juga: Cerita Om Evan dan Nathan Saat Ledakan Bom Surabaya
Wenny memang belum bisa berbicara banyak karena kondisinya yang masih lemah. Namun dia punya pesan khusus yang disampaikan melalui kerabatnya. Sebuah pesan tulus untuk para pelaku bom bunuh diri agar dia ikhlas melepas kedua anaknya dan menjalani hidup.
"Wenny akhirnya bisa mengampuni penjahat itu. Dengan hati yang rela dia menyerahkan Evan dan Nathan ke pangkuan Tuhan," kata salah seorang kerabat Wenny, Ratna Handayani.
Foto Evan dan Nathan di depan peti jenazah (Hamni/era.id)
Wenny, Evan, dan Nathanael adalah ibu-anak korban bom bunuh diri Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Surabaya, Minggu (13/5). Pagi itu, mereka hendak mendatangi rumah Tuhan bersama-sama. Sementara om Evan dan Nathan memakirkan mobil di area gereja, Wenny menggandeng kedua putranya memasuki halaman. Baru saja melangkahkan kaki, tiba-tiba bom meledak tak jauh dari keberadaan ketiganya. Mereka pun terempas. Ternyata, itulah kali terakhir Wenny menggenggam tangan kedua jagoannya.
Sang kakak, Evan, mengembuskan napas terakhirnya tak lama setelah dilarikan ke rumah sakit lantaran terluka parah. Sementara itu, usai berjuang selama kurang lebih 12 jam di ruang IGD RS Bedah Surabaya, Nathanael menutup mata untuk selamanya sekitar pukul 20.00 WIB. Adapun Wenny, masih harus melanjutkan perjuangannya di rumah sakit untuk menyembuhkan luka.