Indonesia: Bangsa Paling 'Kurang Ajar' buat Terorisme
Indonesia: Bangsa Paling 'Kurang Ajar' buat Terorisme

Indonesia: Bangsa Paling 'Kurang Ajar' buat Terorisme

By Yudhistira Dwi Putra | 20 May 2018 06:33
Jakarta, era.id - Berbagai serangan teror yang terjadi beberapa waktu belakangan nyatanya enggak berpengaruh besar terhadap bangsa Indonesia. Memang, luka dari kehilangan saudara sebangsa yang tewas dalam serangan itu sempat membuat seluruh anak bangsa tertunduk dalam duka. Tapi, nyatanya bangsa Indonesia berhasil bangkit, kembali berdiri sebagai bangsa yang tegar.

Kami enggak asal sebut. Enggak juga asal menyuarakan optimisme. Tengok saja reaksi sejumlah pihak yang terlibat penyelenggaraan Asian Games 2018. Semua, ramai-ramai memastikan gelaran Asian Games 2018 pada Agustus mendatang akan tetap dilaksanakan tanpa terganggu aksi-aksi brengsek para teroris.

Menteri Koordinator bidang Pemberdayaan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Puan Maharani mengatakan, sejumlah persiapan terkait perhelatan Asian Games 2018 tetap dilakukan. Bahkan, dalam tinjauan terakhir di sejumlah venue cabang olah raga dan wisma atlet di Kompleks Jakabaring Sports Center, Palembang, Senin (14/5), Puan mengaku lega melihat progres pembangunan yang berjalan. Seluruhnya, dipastikan beres pada akhir Juni.

Di venue Bowling Center, arena menembak, dayung, dan wisma atlet, semua pembangunan terpantau lancar. Bahkan, di arena menembak, Puan menemukan sebuah pemandangan menarik tentang kebhinekaan. Sungguh, bagi Puan, hal itu adalah pesan nyata bahwa kebhinekaan Indonesia tetap terjaga.

"Saya bahkan bangga sekali di arena menembak tadi. Indonesia menunjukkan keberagamannya, ke-Bhinneka-annya. Ada lapangan menembak yang pemandangannya menunjukkan enam tempat ibadah yang masing-masing berdiri berdampingan. Ini tentu hebat sekali," kata Puan dalam rilis yang diterima redaksi.

Secara keseluruhan, venue cabang olahraga yang dikunjungi Puan terpantau sudah rampung di kisaran angka 70-80 persen. Malahan, dalam peninjauan itu, Puan sempat menjajal arena bowling. Sementara di arena dayung, Puan meminta adanya penambahan penerangan lampu dan fasilitas lain untuk memudahkan penonton yang datang menyaksikan pertandingan.

Semangat kebangkitan itu pun turut disuarakan Puan kepada seluruh masyarakat. Ia meminta agar anak bangsa tak larut dalam duka, apalagi ketakutan. “Jangan sampai kita semua terpengaruh dengan isu keamanan, kita jalan terus sambil berdoa semoga Asian Games 2018 berjalan dengan lancar,” kata Puan.

Keamanan

Bertalian dengan isu keamanan itu, di Jakarta, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan telah menyampaikan bahwa pihaknya menjamin keamanan Ibu Kota. Aksi teror, kata Anies enggak menggetarkan dirinya atau pun masyarakat Ibu Kota.

Anies malah menyebut berbagai serangan teror belakangan justru jadi peringatan penting buat Ibu Kota agar meningkatkan kewaspadaan pengamanan, termasuk dalam rangka menyambut Asian Games 2018.

Baca Juga : Polisi di Berbagai Daerah Merespons Bom Surabaya

Kata Anies, 36.000 personel gabungan dari kepolisian, Kodam, hingga Satpol PP telah dikerahkan untuk mengantisipasi gangguan keamanan di berbagai objek vital.

"Tapi, ini (serangan) justru menjadi bahan untuk kita bisa lebih waspada melihat potensi-potensi ancaman keamanan yang bisa kita deteksi. Kasus-kasus seperti sekarang ini menjadi bahan untuk mengamankan Asian Games yang lebih baik," tutur Anies di Balai Kota, Gambir, Jakarta Pusat.

Ekonomi

Di sektor ekonomi, Bank Indonesia (BI) mencatat iklim investasi Indonesia nyatanya tak terpengaruh oleh aksi teror. Meski begitu, BI tetap mendorong aparat penegak hukum untuk memulihkan stabilitas keamanan agar tidak memberikan dampak lanjutan terhadap stabilitas perekonomian.

"Kepercayaan investor kami lihat masih tetap terjaga. Bank Sentral mendukung aparat hukum dan keamanan dalam menangani masalah keamanan," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Agusman sebagaimana kami kutip dari Antara, Senin (14/5/2018).

Meski iklim investasi aman, Samuel Sekuritas mencatat ada sedikit sentimen terhadap pelemahan rupiah sebagai dampak dari serangan bom. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada perdagangan Senin pagi terpantau melemah 25 poin menjadi Rp13.968 per dolar AS. Tapi, ketimbang aksi teror, ekspektasi inflasi di Amerika Serikat nyatanya lebih memberikan dampak buat iklim investasi dan perekonomian nasional.

Baca Juga : Teror Tak Pernah Bisa Goyang Ekonomi Indonesia

Rendahnya ekspektasi inflasi Amerika Serikat menyusul data impor pada April 2018 terpantau mendampaki penguatan dolar AS. Salah satu faktor yang menjaga nilai tukar rupiah adalah sinyal kuat akan dinaikannya tingkat suku bunga kebijakan Bank Indonesia (BI 7-Day Repo Rate) dalam waktu dekat.

Menariknya lagi, menurut catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), serangan teror nyatanya enggak pernah berhasil mendampaki perekonomian Indonesia. Pada teror bom Thamrin 14 Januari 2016 misalnya, yang juga tak berpengaruh besar terhadap kegiatan di pasar modal. Pada saat terjadinya teror bom Thamrin waktu itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat terkoreksi 77,86 poin atau 1,72 persen di level 4.459,32 poin.

Namun, kata Tito, koreksi IHSG tersebut hanya reaksi sesaat atau bersifat sementara. Pada penutupan perdagangan sesi II di hari yang sama, IHSG hanya ditutup melemah tipis 0,53 persen dan keesokan harinya justru menguat 0,24 persen. "Itu menunjukkan investor di pasar modal tidak terpengaruh oleh gerakan teror yang terjadi," paparnya.

Bangsa paling kurang ajar

Buat para teroris, bangsa Indonesia barangkali adalah bangsa paling kurang ajar. Bagaimana tidak, lima serangan bom di Jawa Timur plus beberapa rangkaian teror lain yang menyusul sama sekali enggak membuat masyarakat Indonesia gentar dengan aksi terorisme.

Sekali lagi, di luar segala duka paling menyakitkan soal banyaknya saudara sebangsa yang menjadi korban, aksi teror tempo hari malah membuat masyarakat Indonesia makin kompak dan berani melawan aksi terorisme. Dan bukannya terpecah belah, anak bangsa dengan gagahnya justru menunjukkan persatuan yang begitu kokoh.

Pada hari terjadinya ledakan, sejumlah aksi solidaritas langsung digelar di berbagai daerah di Tanah Air. Siang hari pascaledakan, ratusan warga Surabaya mendatangi PMI Surabaya. Mereka datang demi mendonorkan darah untuk para korban bom. Menurut keterangan yang diberikan PMI Surabaya, jumlah pendonor hari itu mencapai lebih dari 600 orang.

Baca Juga : Teroris Selalu Gagal di Indonesia

Di Ibu Kota, aksi solidaritas dan doa bersama dilakukan oleh sejumlah kelompok masyarakat lintas agama di Taman Suropati, Jakarta Pusat. Puluhan orang menyalakan lampu kecil dari telepon genggam mereka.

Tak cuma di Pulau Jawa. Solidaritas juga mengalir dari salah satu titik paling ujung Nusantara. Di Sorong, ratusan warga menyalakan seribu lilin di Taman DEO, Kota Sorong, Papua Barat, malam hari pascaledakan.

Mengangkat tema "Satukan Tekad, Perkuat Persatuan dan Kesatuan Anak-anak Bangsa", acara ini dihadiri oleh ratusan masyarakat lintas golongan. Ada tiga poin yang jadi seruan para peserta aksi itu, yakni penegakan keadilan, toleransi antarumat beragama dan seruan untuk mewujudkan NKRI sebagai harga mati.

Rekomendasi
Tutup