Cerita Puan Saat Reformasi dan Pesan Bung Karno

| 21 May 2018 21:10
Cerita Puan Saat Reformasi dan Pesan Bung Karno
Menko PMK Puan Maharani menghadiri acara ICMI refleksi 20 tahun reformasi. (Leo/era.id)
Jakarta, era.id - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani punya cerita tersendiri saat peristiwa reformasi berlangsung. Saat peristiwa itu terjadi, dia baru lulus kuliah.

Dia tak banyak ingat soal kondisi negara saat itu. Puan hanya membantu sang ibu, Megawati Soekarnoputri memasak di rumah. Lantaran, jelang reformasi, banyak orang yang datang ke kediamannya di Kebagusan, Jakarta Selatan. Saking banyaknya, Puan mengaku sampai tidak dapat keluar rumah karena jumlah orang yang datang mencapai ratusan.

"Yang datang banyak sekali, enggak mungkin tidak kita suguhi, akhirnya kita cuma punya menu 'perjuangan', satu ikan, satu lauk tempe tahu, kuah sopnya banyak buat satu orang," kata Puan menceritakan detik-detik saat terjadi reformasi dalam Acara Refleksi 20 Tahun Reformasi di Hotel Sahid, Jakarta Pusat, Senin (21/5/2018).

Saat itu, kondisi ekonomi dan politik dalam negeri sedang hangat-hangatnya. Puan yang saat itu hendak menikah, bahkan kesulitan mencari tempat persepsi.

"Saya nangis lho, orang mau nikah enggak boleh, orang bayar juga enggak boleh juga, urusan politik beda sama urusan mau nikahin anak," kata Puan.

Baca Juga : Habibie: Reformasi Belum Sampai Sasarannya

Puan berpidato setelah Presiden ketiga BJ Habibie memberikan sambutan. Habibie mengatakan, perjuangan reformasi belum sampai sasaran. Tapi, Habibie optimistis sasaran reformasi terwujud, yaitu peradaban Indonesia.

Puan pun menanggapi itu, apalagi kini dia merupakan Menko PMK yang sangat penting dalam memperjuangkan sasaran reformasi itu. Pasalnya, reformasi membutuhkan sumber daya yang mumpuni.

"Setelah pidato, Pak Habibie menyampaikan yang paling penting adalah pemberdayaan manusia, mau dibawa ke mana reformasi? Perlu sumber daya yang mumpuni," ucap Puan.

Puan mengatakan, saat ini perjuangan reformasi masih terus dilakukan di berbagai bidang mulai dari pendidikan, sosial hingga kesehatan.

Khusus untuk kesehatan, Puan mengakui masih menyisakan sejumlah pekerjaan rumah yang perlu dikerjakan salah satunya adalah menghadirkan kesehatan yang merata hingga pelosok Indonesia. Puan meminta dalam memunculkan reformasi tersebut diperlukan kerja sama tidak hanya dari pemerintah namun juga keterlibatan rakyat Indonesia.

"Saat reformasi menyentuh instrumen kesehatan, rakyat Indonesia harus sehat dan menyentuh rumah. Semua tersentuh tanpa diskriminasi. Inilah cita-cita yang harus kita lakukan bersama tanggung jawab dan gotong royong, bukan hanya pemerintah," kata Puan.

Baca Juga : Mereka yang Tak Dapat 'Kue' dari Reformasi

Puan menambahkan, gagasan mengenai reformasi hakikatnya sempat disampaikan oleh Presiden pertama Soekarno. Saat itu Soekarno mengganggas tentang ide reformasi yang coba dihidupkan kembali di era Presiden Joko Widodo, yaitu reformasi mental.

"Bung karno menyampaikan bahwa reformasi mental adalah menggembleng manusia Indonesia mengglembeng manusia menjadi berhati putih berkemauan baja bersemangat elang rajawali. Reformasi mental inilah yang harus kita lakukan ini sudah disampaikan Bung Karno pada 1967," ujar Puan.

Selain Puan dan Habibie, hadir dalam acara tersebut, Putri Abdurrahman Wahid Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid (Yenny Wahid), Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie, dan sejumlah tokoh lainnya.

Rekomendasi