Mempertanyakan Ajakan Pencet Klakson Dukung #2019GantiPresiden Saat Mudik

| 07 Jun 2018 18:05
Mempertanyakan Ajakan Pencet Klakson Dukung #2019GantiPresiden Saat Mudik
Ilustrasi penggunaan klakson saat mudik (Wicky/era.id)
Jakarta, era.id - Kamu suka kesel gak sih kalau lagi macet atau kecapean, tapi malah dengerin perang klakson? Jangan kaget kalau mudik nanti, kamu dengar ada klakson bunyi tanpa ada sebab.

Semua berawal dari ajakan Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera melalui akun Twitternya yang sudah bercentang biru @MardaniAliSera yang ditulis 5 Juni lalu. "Bagi saudara2ku yang mudik, jangan lupa membunyikan klakson 3 kali "om telolet om" sebagai bentuk dukungan terhadap #2019GantiPresiden ????. Selamat mudik dan i'tikaf di 10 hari terakhir Ramadhan," tulis Mardani.

Mardani mungkin sedang lelah. Atau jangan-jangan belum baca, kalau sebenarnya ada aturan untuk membunyikan klakson. Jadi bukan bisa sembarangan bunyiin demi mendapat perhatian publik.

Tengok saja aturan dalam Peraturan Pemerintah No 55 Tahun 2012. Di Pasal 39 tertulis tegas, penggunaan klakson jangan sampai mengganggu konsentrasi pengemudi. Suara klakson paling rendah 83 desibel dan paling tinggi 118 desibel.

 

Jika penggunaan klakson kendaraan bermotor beroda empat atau lebih tidak sesuai dengan teknis laik jalan, maka pengemudi dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000.

Lihat juga di Peraturan Pemerintah No 43/1993. Klakson cuma boleh dibunyikan sebagai isyarat kalau kita mau melewati kendaraan di depan. Atau diperlukan memang keselamatan lalu lintas.

Kicauan Mardani itu langsung menuai perdebatan panjang netizen. Salah satunya yang ditulis akun @Tubagussalim. Buat dia, mudik tidak perlu ditunggangi dengan nuansa politik.

".. Biarkan mereka yang mudik dgn hati yg tanpa iri dengki, biarkan dlm damai dgn saudaranya, mudik bagian dari suasana lebaran di Negeri ini, jgn di provokasi dgn kepentingan anda sendiri," tulisnya.

Netizen lain dengan akun @penumpang_gelap bercerita kalau pengalaman dia di Kuala Lumpur, sebisa mungkin pengemudi di sana malah mengurangi penggunaan klakson. Meski jalanan di sana juga macet, namun tidak mudah membunyikan klakson. 

"..artinya, klakson adalah kebisingan dan simbol peradaban. apakah masih pengin main klakson?" tulisnya.

Mari kita bayangkan apa yang terjadi jika ajakan Mardani ini diikuti. Di sebuah kawasan yang sedang macet, misalnya ada lima buah mobil yang terbujuk rayuan Mardani. Dalam satu waktu, ada 15 kali bunyi klakson tanpa ada sebab. Bisa saja pengemudi lain merasa terganggu. Toh akhirnya ajakan untuk menarik perhatian ini malah jadi menimbulkan perselisihan justru di saat kita sedang ingin berkumpul bersama keluarga.

Ilustrasi (Abid/era.id)

 

Tags : eramadan
Rekomendasi