Dalam orasinya, Agus Yudhoyono mengkritik kebijakan ekonomi yang dilakukan pemerintahan Jokowi-JK. Melihat itu, Hasto menilai, orasi tersebut merupakan strategi partai politik menghadapi kontestasi Pemilu 2019.
"Ya (kritikan) itu wajar sebagai, partai politik tentu saja juga tidak ingin melewatkan agenda kontestasi nasional lima tahunan tersebut. Setiap partai punya strategi. Tapi, kalau kritik itu harusnya diberikan berdasarkan objektivitasnya. Bukan didasarkan pada kepentingan politiknya," ujar Hasto di Stasiun senen, Jakarta Pusat, Selasa (12/6/2018).
Padahal, sebelumnya Hasto menyebut Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah mengeluarkan sinyal membangun dialog positif dengan pihaknya. Namun, kata Hasto, rakyat melihat ada ketidakkonsistenan dari Partai Demokrat.
Baca Juga : Agus Yudhoyono Soroti Isu Ekonomi
"Ketika mau ketok pintu cerita yang baik-baik, kemudian ketika ada agenda berbeda kemudian memberikan kritik yang berbeda. Rakyat melihat ketidakkonsistenan di situ," sebut Hasto.
Hasto menambahkan, dugaan menaikkan nilai tawar politik tindakan yang dilakukan Partai Demokrat memang diperbolehkan. "Ya boleh-boleh aja, meningkatkan nilai tawar itu kan melalui dukungan rakyat, bukan melalui akrobat politik," katanya.
Meski begitu, Hasto yakini parpol yang telah mendeklarasikan dukungannya ke koalisi Jokowi tidak akan pecah suara, berubah haluan, atau gabung dalam poros baru.
Baca Juga : Demokrat: Indonesia Butuh Pemimpin Muda, Bukan Amien Rais
"Oh tidak (berpengaruh). Karena kita ini biasa pilpres dengan banyak calon. Dengan lima calon dengan dua calon tiga calon kami semuanya siap. Dan strategi kami akan menyesuaikan dengan dinamika politik yang ada. Tapi berapapun calon kuncinya bergerak di bawah ke tengah rakyat," imbuhnya.
(Infografis/era.id)