219 Milliar Ton Es Kutub Selatan Mencair dalam 5 Tahun

| 14 Jun 2018 12:06
219 Milliar Ton Es Kutub Selatan Mencair dalam 5 Tahun
Es di Kutub Selatan (Pixabay)
Washington, era.id - Para ilmuwan mendapati bahwa hilangnya es di Kutub Selatan telah mengakibatkan permukaan air laut naik sampai 7,6 sentimeter sejak 1992, dan 40 persen kenaikan terjadi cuma dalam lima tahun belakangan ini.

Hasil tersebut, yang diumumkan pada Rabu (13/6) dalam jurnal Nature, dilandasi atas data gabungan dari 24 survei satelit dan temuan 2012 yang diperbarui.

Penelitian itu memperlihatkan bahwa sebelum 2012, Antartika kehilangan es dengan jumlah yang tetap, yakni 76 miliar ton setiap tahun, sehingga menjadikannya tambahan 0,2 milimeter per tahun kenaikan permukaan air laut.

Namun antara 2012 dan 2017, benua itu kehilangan 219 miliar ton es setiap tahun, sehingga menambah 0,6 milimeter kenaikan permukaan air laut per tahun.

Kutub Selatan menyimpan cukup air beku untuk menaikkan permukaan air laut sampai 58 meter, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis (14/6/2018) pagi. Mengetahui berapa banyak esnya hilang adalah kunci untuk memahami dampak perubahan iklim hari ini dan pada masa depan.

Lonjakan tiga-kali lipat akibat hilangnya es dari benua itu secara keseluruhan adalah gabungan peningkatan pencairan di Antartika Barat dan Semenanjung Kutub Selatan, dan sedikit lapisan es di Antartika Timur.

Baca Juga: Ribuan Sekolah Diliburkan karena Salju

Antartika Barat mengalami perubahan terbesar, dan kehilangan es bertambah dari 53 miliar ton per tahun pada 1990-an jadi 159 miliar ton setiap tahun sejak 2012.

Sebagian besar perubahan tersebut berasal dari Pine Island besar dan gletser Thwaites, yang menyusut dengan cepat akibat pencairan oleh air samudra yang bertambah hangat.

Di ujung timur benua itu, hilangnya lapisan es di Semenanjung Antartika telah membuat peningkatan 25 miliar ton hilangnya lapisan es sejak awal 2000-an. Lapisan es di Antartika Timur diperkirakan telah tetap stabil selama 25 tahun belakangan ini.

"Kami yakin dalam pemahaman kami mengenai perubahan lapisan es di Kutub Selatan dan dampaknya pada permukaan air laut. Kami memandang hasil ini sebagai peringatan lain bagi tindakan untuk memperlambat menghangatnya planet kita," kata penulis bersama dokumen tersebut Eric Rignot, pemimpin Earth System Science di University of California, Irvine.

Tags : cuaca ekstrem