Jakarta, era.id - Umat muslim dunia kembali diuji kesabarannya, setelah pemimpin Partai Kebebasan Belanda (PVV), Geert Wilders menyelenggarakan kontes kartun untuk menggambarkan sosok Nabi Muhammad SAW.
Edannya, lomba itu mendapat persetujuan dari Badan Kontra Terorisme Belanda (NCTV). Mereka memberi lampu hijau kepada partai itu untuk menyelenggarakan lomba yang rencananya akan digelar pada akhir tahun ini.
Juri dari lomba ini adalah kartunis asal Amerika Serikat (AS), Bosch Fawstin, pemenang kontes serupa di Texas pada Mei 2015. Wilders memang liar. Tanpa rasa berdosa, ia menyebut hal yang ia lakukan sebagai bentuk dari kebebasan berpendapat.
"Kebebasan berbicara terancam, terutama bagi para kritikus Islam. Kita tidak boleh menerima itu. Kebebasan berbicara adalah kebebasan kita yang paling penting,” kata Wilders, dikutip dari situs resminya, Selasa (19/6/2018).
Selain di situs, unggahan itu juga ditampilkan Wilders dalam akun resmi Instagramnya, @geertwilders. Unggahan Wilders pun langsung menuai kecaman. Hingga hari ini, unggahan itu telah dikomentari oleh lebih dari 21.000 pengguna yang mayoritas memberi kecaman, di antara segelintir pengguna lain yang justru mendoakan agar Wilders mendapatkan hidayah.
Wilders yang merupakan polikus sayap kanan itu lahir di Venlo, Belanda pada 6 September 1963. Ia adalah salah satu politisi paling konservatif yang pernah dikenal dunia. Berulang kali, Wilders terang-terangan mempromosikan ide anti-Islam dan anti-imigrasi.
Ia adalah politikus kawakan. Wilders telah menjadi anggota parlemen Belanda sejak 1998, bersama People's Party for Freedom and Democracy (VVD) hingga tahun 2004. Sejak 2018, ia memimpin Party for Freedom (PPV) sejak 2018.
Paham anti-Islam
Wilders dilahirkan dari kalangan kelas menengah di tenggara Belanda, lokasi yang dekat dengan perbatasan Jerman. Pandangan anti-Islam didapatkannya ketika hidup di Israel pada 1981-1983.
Karier politik pertamanya ia lakoni saat terpilih menjadi Dewan Kota Ultrech pada 1997. Jabatan itu yang kemudian mengantarkannya ke parlemen Belanda pada tahun berikutnya.
Catatan kontroversi Wilders telah terjadi sejak lama. Bahkan, ia pun telah beberapa kali tersandung kasus dari kebenciannya terhadap golongan Islam.
Pada 2011, Wilders dinyatakan bebas dari tuduhan yang menciptakan kebencian umat Islam. Pada 2016, Wilders kembali disidang dengan kasus yang sama. Kali ini, Wilder diperkarakan atas pernyataannya untuk mengurangi jumlah orang Maroko beragama Islam di Belanda.
Enggak cuma itu, dalam beberapa kesempatan, ia juga berulang kali mengkritik Islam, menyerukan agar Alquran dilarang dan semua masjid di Belanda ditutup.
Salah paham
Terkait hal ini, anggota Komisi VIII DPR, Sodik Mudjahid bilang, jangan sampai terprovokasi oleh kebencian Wilders terhadap dunia Islam. Tenang saja. Menurut Sodik, Wilders cuma enggak paham betapa mulianya Nabi Muhammad.
"Ya biarkan saja, karena dia dan partainya tidak paham bagaimana seharusnya memperlakukan nabi Muhammad SAW," kata Sodik ketika dihubungi era.id.
Sodik punya cara yang lebih damai dan asyik untuk menanggapi kelakuan Wilders ini. Misalnya, dengan memaparkan bukti sejarah dan riwayat betapa mulianya Nabi Muhammad. Selain itu, ini juga jadi kesempatan buat umat muslim menunjukkan bagaimana damainya dunia Islam, bahwa enggak pernah ada orang muslim yang melecehkan pemimpin-pemimpin agama lain di dunia ini.
"Tunjukkan dengan dalil dan argumentasi yang kuat dan ilmiah bahwa apa yang dia lakukan adalah tindakan tidak beradab, tindakan intoleransi yang seharusnya dilakukan masyarakat beradab atau modern.
Wilders ini sungguh malang. Kebencian di dalam hatinya sungguh besar tapi tetap tidak elok melawan kebencian Wilders dengan kebencian yang lain.
“...Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu tidak berlaku adil..."
Kalimat di atas itu adalah potongan surat Al Maa' Idah Ayat 8. Potongan kecil, yang bermakna besar, bahwa enggak ada kebencian yang boleh menguasai hati kita, apalagi membuat kita menyakiti orang lain.
Wilders pun barangkali mendambakan perdamaian. Namun, ia nampaknya gagal memahami ajaran Islam yang sesungguhnya. Wilders banyak termakan isu kekerasan yang kerap dibalut dengan propaganda anti-Islam, seakan-akan Islam adalah agama yang mengajarkan kekerasan.
Lihat saja unggahannya di Twitter tentang bom bunuh diri Surabaya beberapa waktu lalu. Dengan bahasa Belanda, ia menuliskan sebuah kalimat berbahasa Belanda, yang menurut Google Translate, artinya adalah "Keluarga muslim di Indonesia, meledakkan gereja bersama. Anak-anak pun dikorbankan demi ideologi barbar penuh kebencian dan kekerasan yang disebut Islam. Kemarin di Indonesia, besok bisa saja (serangan terjadi) di Eropa, karena kita terlalu terbuka pada dunia Islam.