Perang Rudal di Langit Arab Saudi

| 25 Jun 2018 14:09
Perang Rudal di Langit Arab Saudi
Ilustrasi (Pixabay)
Riyadh, era.id - Minggu malam (24/6) sekitar pukul 20.40 waktu setempat, perang rudal terjadi di langit ibu kota Arab Saudi, Riyadh. Empat rudal balistik meledak di udara setelah dihadang rudal Patriot milik Arab Saudi.

Rudal balistik yang berhasil dihadang rudal Patriot tentara Arab Saudi itu ditembakkan gerilyawan Yaman, Al-Houthi. Pernyataan itu mereka sampaikan lewat kantor berita Saba. Dalam pernyataan yang disiarkan kantor berita yang telah dikuasai para gerilyawan Al-Houthi itu, rudal-rudal tersebut sejatinya ditujukan ke pusat penerangan Kementerian Pertahanan Arab Saudi dan sejumlah objek vital lain di Riyadh.

Meski mengaku berada di balik serangan rudal tersebut, kelompok gerilyawan Yaman enggan merinci sasaran-sasaran yang mereka tuju di Riyadh. Mereka juga enggak menyebut secara pasti jumlah rudal yang ditembakkan.

Berdasar informasi yang dihimpun dari lapangan, pecahan rudal diketahui jatuh di sebuah titik di dalam kawasan Diplomatic Quarter (DQ), di mana semua kedutaan besar berada. Pascaserangan itu, penjagaan pintu masuk ke wilayah DQ diperketat.

Memang, serangan rudal gerilyawan Al-Houthi tak berhasil mencapai sasaran. Tapi, ledakan yang timbul dari tabrakan rudal gerilyawan Al-Houthi dan rudal Patriot Arab Saudi itu menyebabkan getaran keras pada kaca gedung-gedung kedutaan besar yang berada di kawasan DQ, tak terkecuali Kedutaan Besar Republik Indonesia.

"Saat kejadian itu saya masih berada di ruangan KBRI dan tiba-tiba ada suara menggelegar dan semua kaca bergetar. Saya turun dari lantai tiga dan ponsel saya berdering ada panggilan dari istri yang juga ketakutan karena suara gemuruh tersebut," kata Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel dalam pernyataan yang dikutip Antara, Senin (25/6/2018).

Agus mengatakan, untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk dari berbagai penyerangan yang belakangan kerap menyasar wilayah Arab Saudi, KBRI telah menyiapkan Tim Penanganan Krisis (Crisis Management Team) yang dikomandani Atase Pertahanan KBRI, Kolonel Infanteri Drajat Bima Yoga. CMT 

CMT, kata Agus, akan ditugaskan untuk melakukan pergerakan cepat mengevakuasi para WNI yang berada di kawasan rawan seperti Najran dan Jizan yang berada di perbatasan Saudi-Yaman. Dari sisi Arab Saudi, Agus memastikan, pemerintah Arab Saudi berkomitmen melindungi seluruh warga negara Indonesia di Arab Saudi.

Jadi, Agus mengimbau seluruh warga Indonesia untuk tenang. "Pangeran Abdulaziz juga menegaskan bahwa Angkatan Udara Saudi mampu menangkis serangan-serangan tersebut," terang Agus.

Rangkaian serangan

Sebagaimana dilansir Antara dari Xinhua, serangan rudal itu merupakan yang paling akhir dari rangkaian serangan yang kerap dilancarkan gerilyawan Al-Houthi terhadap sejumlah wilayah di Arab Saudi. 

Serangan itu dilancarkan saat pertempuran meningkat antara gerilyawan Al-Houthi, yang didukung Iran, dan pasukan pro pemerintah Yaman --yang mendapat dukungan koalisi pimpinan Arab Saudi di Kota Pelabuhan Laut Merah Yaman, Hodeidah.

Koalisi pimpinan Arab Saudi bermaksud melucuti milisi Syiah Al-Houthi dari pelabuhan laut penting mereka. Arab Saudi menuduh gerilyawan Al-Houthi menyelundupkan teknologi rudal Iran dan senjata melalui pelabuhan itu. Namun, tuduhan tersebut dibantah oleh gerilyawan Al-Houthi dan Iran. Arab Saudi sendiri telah memimpin satu koalisi Arab dalam perang melawan gerilyawan Syiah Al-Houthi sejak Maret 2015 guna mendukung Pemerintah Yaman di pengasingan.

Saat ini, tentara dukungan koalisi telah bergerak maju secara lambat ke pusat kota yang dikuasai gerilyawan tersebut, dalam upaya merebutnya setelah menguasai bandar udara dari gerilyawan pekan lalu. Aksi militer itu memaksa ribuan warga meninggalkan rumah mereka.

Sementara itu, lembaga bantuan kemanusiaan telah memperingatkan potensi bencana kemanusiaan dalam sejarah modern, andai militer terus bergerak menyerbu kota berpenduduk 600 ribu warga itu.

Rekomendasi