Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto bersuara keras dan menuding ada bau tak sedap dari pembiayaan proyek LRT. Katanya biaya pembangunannya kemahalan dibanding proyek LRT di negara lain.
Data kemahalan itu didapat Prabowo dari Gubernur DKI Anies Baswedan. Prabowo menyebut berdasarkan riset indeks pembangunan LRT di dunia, biaya pembangunan untuk LRT berkisar USD 8 juta/km. Sedangkan di Palembang, biayanya hampir Rp12,5 triliun atau 40 juta USD/km.
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah langsung menyambar kritikan Prabowo itu. Sebagai pihak yang memosisikan diri sebagai oposisi, pernyataan Prabowo itu dianggap peluru tambahan Fahri untuk menyerang pemerintah.
Fahri menyerang pembangunan tiang pancang LRT yang dianggap ketinggian. Bagi Fahri, tidak masuk akal jika tiang-tiang itu dibangun menjulang tinggi. Analisa Fahri, tiang tinggi pasti akan bikin harga proyek membengkak. Fahri mempertanyakan alasan tidak dibangun di atas tanah atau di bawah tanah.
(Infografis/era.id)
Serangan balik pemerintah
Yang pertama, kenapa proyek LRT dibuat melayang atau "elevated". Semuanya tidak lain demi efisiensi perjalanan yang dijamin bakal lebih cepat dibanding dibangun di atas tanah.
"Pertimbangan teknis. (Kalau tidak melayang) terlalu banyak perlintasan, nanti jadi tidak efisien juga. Tujuannya mengurangi kepadatan lalu lintas, kalau banyak perlintasan sebidang nanti LRT terhambat atau lalu lintas jalannya terhambat," kata Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Kemenko Kemaritiman, Ridwan Djamaluddin seperti dilansir Antara, Selasa (26/6) kemarin.
Ketua Ikatan Alumni ITB itu juga menepis analisa Fahri. Buat Ridwan, biaya tinggi juga akan terjadi jika jalur LRT dibangun di bawah tanah. Belum lagi informasi mengenai bawah permukaan tanah di Indonesia masih belum lengkap.
"Kan harus digali, ada kabel, saluran air, macam-macam. Mesti disurvei," jelas Ridwan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan memastikan negeri ini telah memenuhi standard-standard internasional terkait pembangunan LRT. Dia meminta Fahri dan Prabowo tidak asal jeplak kalau tak mengerti soal pembiayaan sebuah proyek.
"Kami gunakan anak-anak muda yang menghitung semuanya dan kami pakai standard dari Prancis. Kita beli model itu yang nanti kita juga bisa jual ke orang lain. Sudah ada studi-studinya, jadi standard-standard internasional sudah sangat kita penuhi. Jadi kalau enggak ngerti, enggak usah ngomong," tuturnya.
Kata Luhut, rata-rata proyek pembangunan LRT akan membutuhkan investasi sekitar Rp400 miliar tiap km atau sekitar 28 juta dolar AS. Malah dia juga mendapat informasi, ada negara yang anggarannya mencapai Rp600 miliar tiap km.
"Di tempat lain ada yang Rp600 miliar per km ada juga yang sampai Rp1 triliun per km. Kalau 'elevated' pasti lebih mahal. Jadi jangan gampang buat kesimpulan," ujarnya.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga angkat bicara. Bagi dia, tidak mungkin jika disebut ada penggelembungan dalam anggaran LRT karena semua pengeluaran uang dikelola dan diaudit konsultan independen.
"Kami sangat hati-hati dalam mengelola dana yang dipergunakan untuk membangun LRT. Semua diawasi pengeluaran dananya dan banyak konsultan yang terlibat di dalamnya," kata Budi Karya.