Berebut Swing Voters untuk Menangkan Pilkada Sumut

Jakarta, era.id - Pemilih mengambang (swing voter) dianggap menjadi kunci dalam setiap pemilihan umum. Tidak bisa diremehkan, di berbagai daerah, total pemilih mengambang menurut berbagai lembaga survei cukup besar.

Swing voter ialah perilaku pemilih yang berubah, berpindah, atau merahasiakan pilihan partai atau calon dengan alasan yang rasional. Sejak 1999, di mana keran demokrasi dibuka, selama itulah golongan swing voter mampu menentukan kemenangan partai maupun pemimpin.

Alasan rasional dimiliki swing voter bukan tanpa alasan. Beberapa sumber menyatakan bahwa sampai debat terakhir, swing voter masih terus menggodok hasil pilihannya hingga pada akhirnya, pilihan tersebut diberikan. Aspek pemetaan calon pemimpin seperti gagasan, visi, dan kapabilitas tentu menjadi aspek terpenting.

Misal pada pilkada Jawa Barat, hingga pada putaran debat ketiga, berbagai calon kepala daerah sibuk menunjukkan kapabilitas, visi, dan misinya untuk meyakinkan masyarakat Jawa Barat, khususnya swing voter.

Laporan survei Indo Barometer mencatat bahwa swing voter di wilayah itu mencapai 20,8 persen. Dengan total suara sebanyak itu, tentu peta persaingan akan berubah apabila tiap pasangan mampu memaksimalkan 100 persen suara swing voter.

Terutama untuk mengalahkan pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum sebagai pasangan cagub-cawagub dengan elektabilitas tertinggi, 36,9 persen, berdasarkan survei Indo Barometer. Menyusul di posisi kedua yaitu pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi dengan elektabilitas 30,1 persen dan elektabilitas rendah Sudrajat-Ahmad Syaikhu 6,1 persen, dan TB Hasanuddin-Anton Charliyan dengan 5 persen.

Begitupun pada Pilkada Sumatera Selatan. Survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mencatat bahwa swing voters yang berada di Pilkada Sumsel sebanyak 22,1 persen. Angka ini cukup besar karena berdasarkan survei tersebut, pasangan dengan tingkat kemenangan tertinggi, Dodi Reza Alex-Giri Ramandha Kiemas mampu meraup angka 27,7 persen disusul Herman Deru-Mawadi Yahya dengan 23,3 persen. 

Baca Juga: Jokowi: Jangan Sampai Tidak Bertegur Sapa karena Pilkada

Pada Pilkada Jawa Timur, berbagai lembaga survei juga mengisyaratkan bahwa perebut suara swing voters adalah pemenang dari pilgub di daerah ini. Rilis Survei Indo Barometer dengan judul Dinamika Politik dan Proyeksi Pilkada Jawa Timur menyatakan bahwa elektabilitas pasangan nomor urut Gus Ipul-Puti Guntur mencapai 45,2 persen, unggul tipis atas rivalnya, Khofifah-Emil Dardak dengan 39,5 persen. Akan tetapi, keunggulan Gus Ipul-Puti Guntur masih belum bisa diamini apabila melihat hadirnya 15,3 persen swing voters.

Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari menyatakan bahwa swing voters tersebut belum menentukan pilihan. Oleh karena itu, apabila memasukkan kalkulasi swing voters kepada kedua pasang calon maka akan hadir beberapa opsi.

"Jika suara tidak memilih atau rahasia terdistrubsi 100%ke Khofifah-Emil, maka pasangan Khofifah-Emil unggu dengan 54,8 presen, sebaliknya jika suara itu lari ke Gus Ipul-Puti, maka pasangan tersebut mampu meraih 60,5 persen dukungan," ujar Qodari.

Tag: pilkada 2018