Orang Tua Wajib Tahu, Ini 5 Dampak Psikologis yang Terjadi Jika Anak Kerap Dimarahi
ERA.id - Anak-anak terkadang sering bertingkah laku yang kerap menguji kesabaran orang tua seiring bertambahnya usia mereka. Emosi orang tua sering kali terpancing jika anak tidak dapat dinasihati.
Bagi orang tua, mendisiplinkan anak memang sudah menjadi tugas yang paling penting. Dalam proses ini, kadang cara-cara yang kurang nyaman harus dipilih orang tua, seperti memarahi anak agar mereka mau mematuhi. Walaupun demikian, sebagai orang tua, Anda tetap harus memilah sikap tegas dan sikap kasar.
Hal yang perlu diingat adalah, sikap meneriaki, memarahi, atau bahkan mengumpat anak, tetap bukan menjadi solusi yang tepat. Kata-kata ataupun kalimat yang menyakitkan bagi anak bisa saja memberikan dampak buruk bagi perkembangan mentalnya. Alih-alih bisa menerima nasihat orang tua, anak malah bisa mendapatkan trauma mental yang berpengaruh terhadap karakternya di hari yang akan datang.
Ada beberapa efek yang bisa terjadi pada anak karena sering menerima kemarahan orangtuanya, apa saja? Berikut ulasannya.
Menjadi Pemberontak dan Keras Kepala
Saat Anda berbicara dengan nada yang kasar dan tinggi, anak-anak akan merasa tidak memiliki nilai. Karena merasa diri mereka tidak berharga, anak-anak pun akan merasa tidak nyaman dengan orangtuanya dan mengakibatkan permasalahan emosi dalam diri mereka. Dalam jangka panjang, mereka pun bisa memberontak.
Hal ini disebabkan adanya usaha melindungi diri pada anak dan merasa tersakiti karena bentakan orangtuanya. Efek negatifnya, anak bisa tumbuh sebagai pribadi yang keras kepala, egois, dan tidak mau menerima masukan dari orang sekitarnya.
Menjadi Tidak Percaya Diri dan Penakut
Ketika anak Anda melakukan sebuah kesalahan, Anda tidak harus membentak ataupun memarahinya. Sebab, ketika Anda memarahinya, anak akan diam karena merasa terancam. Itulah yang menyebabkan munculnya perasaan takut salah dan lama kelamaan anak akan kehilangan rasa percaya diri.
Menjadi Pasif dan Kurang Inisiatif
Anak menjadi pribadi pasif dan tidak mempunyai inisiatif serta kreativitas saat bergaul di sekolah. Hal ini merupakan dampak dari sikap orangtuanya yang selalu melakukan mendiktenya.
Anak akan merasa bahwa dirinya tidak pernah berbuat benar dan kerap kebingungan sebab tidak pernah merasa sikapnya benar.
Menjadi Pribadi Tertutup
Dalam beberapa kasus tertentu, anak yang terlalu sering dimarahi dapat menjadikan mereka sebagai pribadi yang introvert atau tertutup. Anak akan menjadi suka menyendiri, lebih pendiam, dan merasa bahwa dirinya tak pernah melakukan hal yang benar karena kerap mendapatkan omelan orangtuanya saat berbuat sesuatu.
Mereka juga cenderung berpikir bahwa dirinya tidak mempunyai kemampuan yang mampu membuat orangtuanya memiliki rasa bangga terhadap dirinya.
Tumbuh Menjadi Anak Pemarah
Karena sering dimarahi, anak pun menjadi jenuh dan segera ingin terbebas dari situasi tersebut. Anak akan bergerak untuk memberontak dan melindungi dirinya dari amarah orangtua. Kemudian, dirinya akan menjadi lebih pemarah dan susah untuk diatur.
Seiring bertambahnya usia, ia akan lebih senang beraktivitas di luar rumah karena mendapatkan kenyamanan dan merasa aman dari kemarahan orangtuanya. Kemungkinan terbesar, anak juga akan ikut mempraktikkan kemarahan tersebut kepada orang lain, terutama orang terdekat seperti adik, teman di lingkungan atau sekolahnya.
Demikianlah penjelasan mengenai dampak atau efek psikologis yang dialami anak jika terlalu sering mendapatkan omelan atau kemarahan dari orangtuanya. Semoga informasi ini bermanfaat bagi semua orangtua yang membaca.
Baca artikel-artikel dan informasi menarik lainnya, pantau terus kabar terbaru dari ERA, Media Terpercaya dan Pilihan Anda.