Membaca Sejarah PMII atau Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia dan Tujuannya Didirikan

ERA.id - Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau PMII adalah salah satu elemen mahasiswa yang memiliki cita-cita untuk mewujudkan Indonesia menjadi lebih baik ke depannya. Organisasi ini didirikan pada tanggal 17 April 1960, dimana latar belakang situasi sosial politik pada tahun 1960-an diwarnai oleh andil mahasiswa.

Pada awalnya, PMII dimotori oleh kalangan muda NU, tetapi selanjutnya Deklarasi Murnajati dicetuskan pada 14 Juli 1972 dan PMII menyatakan sikap independen dari kelembagaan NU. Pendirinya antara lain Mahbub Djunaidi dan Subhan ZE yang berprofesi sebagai jurnalis sekaligus politikus.

Sejarah PMII dan Tujuannya

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin didukung PMII Lampung untuk Pencapresan 2024. (dok VOI.id)

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) terbentuk karena adanya suatu kebutuhan dalam mengimbangi tantangan zaman. Didirikannya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia diawali dengan lahirnya hasrat kuat para mahasiswa NU untuk membentuk organisasi mahasiswa dengan ideologi Ahlusssunnah wal Jama’ah.

Adapun beberapa alasan yang dapat disebut sebagai penyebab dibentuknya PMII antara lain sebagai berikut:

1.     Situasi politik bangsa indonesia yang carut marut dalam kurun waktu 1950-1959.

2.     Sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang ada tidak menentu.

3.     NU memisahkan diri dari Masyumi.

4.     Mahasiswa NU yang tergabung di HMI tidak terakomodasi dan terpinggirkan.

5.     Hubungan dekat HMI dengan salah satu parpol yang ada (Masyumi) yang nota bene HMI adalah underbouw-nya.

Alasan-alasan di atas melahirkan kegelisahan dan keinginan yang kuat di kalangan intelektual-intelektual muda NU untuk membentuk organisasi sendiri sebagai wahana penyaluran aspirasi dan pengembangan potensi mahasiswa-mahasiswa yang berkultur NU.

Organisasi-organisasi Pendahulu

Pada bulan Desember 1955 di Jakarta, Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU) didirikan dan dipelopori oleh Wa’il Harits Sugianto. Sementara itu, di Surakarta berdiri KMNU (Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama) yang dipelopori oleh Mustahal Ahmad. Namun, keberadaan kedua organisasi mahasiswa tersebut tidak mendapat restu bahkan menerima penentangan oleh Pimpinan Pusat IPNU dan PBNU dengan alasan dua tahun sebelumnya IPNU baru saja berdiri, yakni tanggal 24 Februari 1954 di Semarang. IMANU dan KMNU dikhawatirkan akan memperlemah eksistensi IPNU.

Gagasan pembentukan organisasi mahasiswa NU kembali muncul pada Muktamar II IPNU di Pekalongan (1-5 Januari 1957). Gagasan ini pun kembali mendapat penolakan karena dianggap akan menjadi pesaing bagi IPNU.

Sebagai langkah kompromis dari  penolakan tersebut, maka pada muktamar III IPNU di Cirebon (27-31 Desember 1958), dibentuklah Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang dikepalai oleh Isma’il Makki (Yogyakarta). Namun, antara IPNU dan Departemen PT-nya dalam perjalanannya selalu terjadi ketimpangan, khususnya dalam pelaksanaan program organisasi. Hal ini dikarenakan perbedaan cara pandang mahasiswa dan pelajar yang menjadi pimpinan pusat IPNU. Selain itu, para mahasiswa pun tidak memiliki kebebasan dalam menjalankan sikap politik karena kerap diawasi oleh PP IPNU.

Konferensi Besar IPNU Digelar

Oleh sebab itu, gagasan legalisasi organisasi mahasiswa NU selalu muncul dan mencapai puncaknya dalam konferensi besar (KONBES) IPNU I di Kaliurang pada tanggal 14-17 Maret 1960. Dari forum ini selanjutnya muncul keputusan perlunya secara khusus membentuk organisasi mahasiswa NU di perguruan tinggi. Selain merumuskan pendirian organ mahasiswa, KONBES Kaliurang juga menghasilkan keputusan penunjukan tim perumus pendirian organisasi yang terdiri dari 13 tokoh mahasiswa NU. Tokoh-tokohnya antara lain:

1.    A. Khalid Mawardi (Jakarta)

2.     M. Said Budairy (Jakarta)

3.     M. Sobich Ubaid (Jakarta)

4.     Makmun Syukri (Bandung)

5.     Hilman (Bandung)

6.     Ismail Makki (Yogyakarta)

7.     Munsif Nakhrowi (Yogyakarta)

8.     Nuril Huda Suaidi (Surakarta)

9.     Laily Mansyur (Surakarta)

10.     Wahhab Jaelani (Semarang)

11.    Hizbulloh Huda (Surabaya)

12.    M. Kholid Narbuko (Malang)

13.     Ahmad Hussein (Makassar)

Keputusan lain yang disepakati yaitu meminta tiga mahasiswa; Hizbulloh Huda, M. Said Budairy, dan Makmun Syukri untuk silaturrahmi ke Ketua Umum PBNU yang saat itu dipegang oleh KH. Idham Kholid.

Demikianlah ulasan mengenai sejarah PMII dan tujuan pembentukannya. Semoga informasi ini bermanfaat.

Ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…