Mengenal Cancel Culture, Fenomena Penolakan Warganet pada Pihak Tertentu, Apa Alasannya?
ERA.id - Cancel culture adalah istilah yang beberapa waktu ini kerap muncul terkait kehidupan di dunia maya. Media sosial berisi banyak sekali orang, sifat, latar belakang, dan tujuan. Tak heran jika pertentangan atau perseteruan adalah hal yang mudah terjadi.
Istilah cancel culture terkait dunia maya mengacu pada sikap warganet di media sosial yang menentang atau menolak seseorang, kelompok, merek, dan semacamnya yang dinilai memiliki masalah, skandal, atau sesuatu yang tidak sesuai norma tertentu. Beberapa selebritas Indonesia juga pernah mengalami hal tersebut.
Cancel Culture Adalah Gejala Sosial di Dunia Maya
Dikutip Era dari The New York Post, cancel culture adalah fenomena saat pihak tertentu di dunia maya mengajak warganet lain untuk menolak seseorang, merek, acara, atau film tertentu.
Menurut, Jill McCorkel, profesor sosiologi dan kriminologi di Universitas Villanova, latar belakang cancel culture adalah saat masyarakat menghukum orang karena memiliki perilaku di luar norma sosial.
"Cancel culture adalah perpanjangan atau evolusi kontemporer dari serangkaian proses sosial yang lebih berani yang dapat kita lihat dalam bentuk pengusiran," jelasnya.
"(Mereka) dirancang untuk memperkuat seperangkat norma," jelasnya.
Meski demikian, makna dari cancel culture masih mendatangkan cukup banyak perdebatan. Bisa jadi hal tersebut merupakan upaya untuk meminta pertanggungjawaban pihak tertentu, cara menghukup pihak tertentu, atau perpaduan keduanya.
Awal Mula Istilah Cancel Culture Muncul
Dilansir Insider, cancel culture adalah kesadaran kolektif yang muncul pada sekitar tahun 2017 setelah terdapat gagasan penolakan terhadap selebritas karena memiliki pernyataan atau tindakan yang bermasalah.
Menurut Lisa Nakamura, profesor di University of Michigan, cancel culture terjadi pada selebritas, merek, perusahaan, atau konsep tertentu. Menurut Merriam-Webster, penerbit kamus dan tesaurus Amerika Serikat, cancel culture memiliki hubungan atau keterkaitan dengan gerakan #MeToo.
Awal dari tren cancel culture adalah Tumblr pada awal 2010, terutama Your Fave Is Problematic. Pada masa tersebut, fandom melakukan diskusi mengenai penyebab tidak sempurnyanya bintang favorit mereka.
Istilah cancel culture kemudian menyebar dan digunakan di banyak platform, seperti Twitter dan TV. Sebelumnya, cancel culture sudah beberapa kali digunakan di Twitter, tetapi artinya hampir selalu berbeda.
Pada 2016—2017, istilah cancel culture mengalami pertumbuhan pesat di Twitter. Ketika itu, pengguna Twitter banyak yang menggunakan istilah cancel culture.
Beberapa waktu kemudian, tahun 2018—2019, istilah ini semakin kerap digunakan. Sejumlah selebritas menerima penolakan singkat dan hal tersebut dilakukan dengan frasa tersebut. Selain selebritas, influencer dan acara TV juga sempat merasakan cancel culture.