Ciri-Ciri Wajah Orang Depresi dan Cara Mengatasinya, Wajib Simak!

ERA.id - Siapapun tentunya memiliki masalah dalam hidupnya, baik itu permasalahan yang sepele hingga berat. Hal inilah yang membuat seseorang dapat mengalami stres atau depresi. Namun, saat seseorang mengalami depresi yang teramat berat, konsekuensinya adalah permasalahan kesehatan yang serius. Hal itu dapat diketahui dari ciri-ciri wajahnya. Lantas apa saja ciri-ciri wajah orang depresi?

Untuk penjelasan lebih lanjut, simak uraian di bawah ini.

Ciri-ciri Wajah Orang Depresi

Ilustrasi depresi situasional (Unsplash/Gadiel Lazcano)

Stres atau depresi pada umumnya disebabkan oleh tekanan pikiran yang berlebihan. Hal ini juga dapat kita ketahui dari wajah seseorang yang mencerminkan hati dan pikirannya. Sebab, ketika stres, tubuh seseorang akan memproduksi hormon yang memberikan dampak buruk terhadap kulit.

Selain itu, seperti pada umumnya, ketika suntuk dengan kecemasan, tanpa disadari seseorang akan melakukan kebiasaan buruk, misalnya menggigit bibir atau terus menerus menggertakkan gigi. 

Adapun ciri-ciri wajah orang depresi yang mudah dikenali antara lain:

Kulit Wajah Berjerawat

Secanggih apapun produk perawatan kulit atau skincare, mungkin tak akan mampu mengatasi jerawat yang timbul karena dampak stres yang kronis. Pemicunya sendiri tidak lain aktivitas dari hormon stres, yaitu kortisol yang membuat bagian otak hipotalamus memproduksi hormon cotricotrophin-releasing hormone atau CRH.

CRH inilah yang membuat kelenjar sebasea menghasilkan lebih banyak minyak di sekitar folikel rambut. Sehingga, pori-pori bisa tersumbat dan terinfeksi oleh bakteri di permukaan kulit, dan jerawat pun muncul.

Sebuah studi epidemiologi di Korea Selatan pada tahun 2011 lalu, meneliti pemicu tumbuhnya jerawat pada 1.236 partisipan. Dari studi tersebut disimpulkan, bahwa stres menjadi salah satu pemicunya. Hal lain yang ikut berperan yaitu konsumsi alkohol yang berlebihan, menstruasi, serta siklus tidur yang berantakan.

Kantong mata

Pada umumnya, orang stres juga mempunyai kantong mata yang lebih terlihat cekung. Selain itu, seiring dengan bertambahnya usia, maka otot yang menopang area sekitar mata menjadi tidak sekuat beberapa tahun sebelumnya. Kondisi kulit yang kendur karena elastisitas menjadi berkurang juga ikut berperan.

Dari sini kita dapat memahami, bahwa pikiran kusut dapat mengakibatkan siklus tidur menjadi berantakan. Ketika seseorang kurang tidur, maka tanda-tanda penuaan seperti pigmentasi menjadi tak merata dan kerutan akan meningkat.

Kulit kering

Lapisan yang memiliki peran penting untuk menjaga kulit tetap terhidrasi adalah stratum corneum. Dalam lapisan ini terkandung protein dan lipid yang melindungi kulit lapisan lebih dalam. Jika fungsi stratum corneum tidak berjalan secara optimal, maka kulit akan menjadi kering dan gatal.

Fungsi stratum corneum dapat terganggu jika seseorang merasa stres atau depresi yang berlebihan. Selain itu, kemampuan dalam menyimpan air atau kelembapan juga akan berkurang.

Keriput

Tanda orang banyak pikiran atau depresi lainnya adalah memiliki banyak kerutan. Untuk mencegah wajah keriput lebih cepat, sebaiknya Anda harus mengetahui cara ampuh merilis stres. Sebab, ketika menghadapi berbagai masalah, protein kulit menjadi berubah dan elastisitasnya pun menurun. Sehingga, keriput pun dapat muncul pada wajah.

Ruam

Ketika seseorang banyak pikiran, biasanya akan muncul gejala gatal-gatal dan ruam pada kulit. Ternyata, hal tersebut merupakan salah satu dampak stres terhadap sistem imun seseorang. Ketika sistem imun tubuh melemah, maka bakteri di pencernaan dan kulit akan menjadi tak seimbang (dysbiosis). Hal inilah yang menjadi penyebab munculnya ruam kemerahan.

Selain itu, stres juga dapat mengakibatkan beberapa masalah kulit yang memang sudah ada sehingga menimbulkan ruam. Contoh masalah kulit yang dapat dirasakan antara lain psoriasis, eksim, dan dermatitis kontak.

Mengernyitkan dahi dan alis

Ketika sedang berpikir keras, tanpa sadar seseorang akan mengernyitkan dahi dan alisnya. Hal ini dapat terjadi secara terus menerus dalam sehari, terlebih jika stres yang Anda hadapi cukup rumit. Efek yang paling terasa adalah, dapat menyebabkan munculnya keriput.

Masalah pada gigi dan rahang

Selain berdampak di wajah, kebiasaan buruk yang dilakukan ketika seseorang merasa stres juga dapat menimbulkan masalah pada gigi dan rahang. Misalnya ketika seseorang terbiasa menggertakkan gigi saat tegang, jika dilakukan dalam waktu yang lama, maka bisa menyebabkan kerusakan gigi.

Selain itu, kebiasaan buruk ini juga bisa menimbulkan kelainan sendi rahang atau temporomandibular joint dysfunction. Ini merupakan masalah yang menyerang persendian tempat rahang terhubung dengan tengkorak.

Rambut beruban dan rontok

Dalam sebuah studi pada tahun 2020, aktivitas saraf simfatik saat stres akan mengakibatkan sel punca menghilang. Padahal, sel melanosit ini berfungsi dalam memproduksi pigmen yang memberikan warna pada rambut. Konsekuensi dari hal ini adalah, rambut akan beruban.

Selain itu, jika Anda terus menerus terbebani dengan pikiran dan masalah, risikonya adalah terganggunya siklus pertumbuhan alami rambut. Akibatnya, terjadilah telogen effluvium. Kondisi ini mengakibatkan rambut rontok dalam jumlah sangat banyak.

Wajah merah dan berkeringat

Ketika stres, seseorang juga bisa bernapas lebih cepat menggunakan pernapasan dada tanpa disadari. Akibatnya, napas menjadi lebih pendek-pendek dan mengakibatkan wajah tampak merah selama beberapa saat.

Seperti dampak berolahraga, stres mengakibatkan seseorang berkeringat lebih banyak. Hal ini akan menjadi semakin parah jika disertai masalah lain seperti cemas yang berlebihan.

Cara Mengatasi dan Mencegah Depresi

Ada depresi yang muncul tanpa terduga, misalnya kehilangan profesi atau orang terkasih. Ada juga yang mengalaminya secara terus menerus karena persoalan pada pekerjaan, finansial, dan sebagainya. Lantas bagaimana cara mengatasi dan mencegahnya?

Kunci untuk mengatasinya yaitu dengan mengontrol pikiran dan perasaan agar terhindar dari stres. Stres sebenarnya hal yang wajar. Namun, saat hal itu terjadi, pertama kali yang harus kita lakukan adalah menyadari kondisi tersebut, dan kemudian mengelolanya.

Sempatkan diri untuk menjalani aktivitas yang menjadikan Anda lebih rileks. Selain itu, tetaplah berolahraga dan menjaga gaya hidup sehat, mulai dari pola makan, serta pemilahan asupan nutrisi untuk tubuh Anda. Anda juga disarankan untuk memulai latihan meditasi.

Ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…