Memahami Berbagai Posisi Tidur setelah Kuretase untuk Cegah Komplikasi

ERA.id - Salah satu prosedur yang bisa dilakukan saat ibu hamil (bumil) mengalami keguguran adalah kuretase atau kerap disebut kuret. Terkait proses penyembuhan dilatasi dan kuretase (D&C), sejumlah hal perlu diperhatikan demi menghindari komplikasi pascakuretase, misalnya posisi tidur setelah kuretase.

Untuk diketahui, D&C merupakan prosedur bedah kecil untuk mengangkat jaringan dari rahim. Setelah menjalani D&C, seseorang berisiko mengalami efek samping tertentu, seperti kram, pendarahan ringan, bahkan komplikasi seperti serviks yang rusak dan rahim berlubang.

Dalam D&C pertama pada wanita, sekitar 16 persen kasus memicu jaringan parut (sindrom asherman) di dalam rahim atau sekitar leher rahim. Oleh sebab itu, operasi kedua perlu dilakukan untuk menghilangkan bekas luka terebut. Bumil nantinya akan pulih dan bisa hamil lagi.

Memahami Posisi Tidur setelah Kuretase atau Kuret

Seseorang yang menjalani operasi, baik besar maupun kecil, harus melalui proses pemulihan pascaoperasi. Beberapa orang mungkin bertanya, apakah posisi tidur berpengaruh terhadap hal tersebut?

Perlu diketahui, posisi tidur yang baik pascaoperasi tergantung pada jenis operasi tersebut. Bagaimana dengan operasi kuretase? Tidak dijelaskan secara spesifik posisi terbaik bagi orang yang baru saja menjalani kuretase, tetapi Anda bisa memilih posisi-posisi yang paling nyaman.

Dikutip Era.id dari HaiBunda, berikut adalah beberapa posisi tidur yang dinilai sebagai posisi terbaik setelah operasi secara umum.

1. Telentang

Ilustrasi pasien tidur telentang (pexels)

Apa pun operasi yang dijalani, salah satu posisi tidur terbaik yang bisa dipilih adalah telentang, yaitu terbaring dengan dada atau tubuh bagian depan menghadap ke atas.

Posisi tidur ini memberikan keuntungan lebih pada orang yang baru saja menjalani operasi pada tulang belakang, pinggul, lengan, dan kaki. Terlebih lagi, posisi tidur tersebut dilakukan dengan menyelipkan bantal atau selimut (digulung) di bawah area tubuh sebagai penopang, seperti bagian bahu, punggung bawah, lutut, atau pergelangan kaki. Posisi tersebut membantu menjaga posisi tubuh tetap netral.

2. Menyamping

Dalam sebagian kasus, dokter tidak mengizinkan tidur dengan posisi miring, terutama bagi orang yang menjalani operasi tulang belakang atau pinggul. Sementara, jika sang dokter mengatakan bahwa tidur menyamping aman, pasien bisa melakukannya. Dengan kata lain, ada baiknya bertanya dahulu kepada dokter.

Selain itu, tidur menyamping harus menggunakan properti pendukung yang terselip di antara kedua lutut atau kedua pergelangan kaki. Pendukung bisa berupa satu atau dua bantal, bisa juga menggunakan blok busa yang dirancang khusus. Perlu diingat, membicarakan hal tersebut dengan dokter adalah hal yang harus dilakukan terlebih dahulu.

3. Tengkurap

Dalam banyak kasus, tidur tengkurap atau perut dan dada menghadap ke bawah merupakan posisi yang tidak disarankan setelah seseorang menjalani operasi. Posisi tengkurap bisa berbahaya bagi kesehatan tulang belakang dan memberikan tekanan terlalu banyak pada pinggul atau area tubuh yang lain.

Jadi, jika Anda mau menggunakan posisi ini, Anda harus berkonsultasi dahulu dengan dokter. Dengan kata lain, ada baiknya Anda tetap tidur telentang hingga proses pemulihan selesai.

Risiko Komplikasi Kuretase atua Kuret

Risiko komplikasi pascaoperasi bisa terjadi setelah seseorang menjalani D&C. Komplikasi tersebut bisa diatasi jika didiagnosis sejak awal. Oleh sebab itu, pasien dan keluarga pendamping harus peka terhadap sejumlah gejala. Segera hubungi dokter jika muncul beberapa gejala berikut setelah D&C.

·         Demam dengan suhu mencapai 38,3 derajat Celcius

·         Panas dingin

·         Pendarahan dalam jumlah yang lebih banyak saat menstruasi

·         Rasa sakit tetap ada atau bahkan memburuk, padahal sudah meminum obat

·         Pembengkakan pada perut

·         Keputihan yang berbau busuk

Itulah beberapa informasi mengenai posisi tidur setelah kuretase atau kuret pada bumil yang mengalami keguguran. Pencegahan komplikasi adalah langkah yang harus dilakukan agar kondisi tubuh segera pulih.