Negara dengan Utang Terbesar ke China, Ada yang Melebihi 40 Persen Pendapatan Nasional
ERA.id - Banyak negara menghadapi tantangan serius terkait utang luar negeri mereka, dan China menjadi salah satu kreditor terbesar. Lantas mana saja negara dengan utang terbesar ke China?
Artikel ini akan membahas negara-negara yang memiliki utang terbesar kepada China, serta mempertimbangkan bagaimana hal ini dapat memengaruhi dinamika politik dan ekonomi.
Negara dengan Utang Terbesar ke China
Dilansir dari Forbes, Bank Dunia melansir data negara-negara yang sangat berhutang kepada China sebagian besar terletak di Afrika, namun juga dapat ditemukan di Asia Tengah, Asia Tenggara, dan Pasifik.
Saat ini, China menjadi pemberi pinjaman pilihan bagi negara-negara berpendapatan rendah di dunia, yang pada tahun 2022 memiliki 37% utangnya kepada China, dibandingkan dengan hanya 24% utang bilateral kepada seluruh dunia.
Proyek "Jalur Sutera Baru" China, program untuk mendanai pembangunan infrastruktur pelabuhan, rel, dan darat di seluruh dunia, telah menjadi sumber utama utang kepada China bagi negara-negara yang berpartisipasi.
Pada akhir tahun 2020, dari 97 negara yang data tersedia, negara-negara yang memiliki utang eksternal tertinggi kepada China semuanya terlibat dalam proyek Jalur Sutera Baru, berikut di antaranya:
- Pakistan (77,3 miliar dolar)
- Angola (36,3 miliar dolar)
- Ethiopia (7,9 miliar dolar)
- Kenya (7,4 miliar dolar)
- Sri Lanka (6,8 miliar dolar)
Negara-negara dengan beban utang terbesar relatif terdapat di Djibouti dan Angola, di mana utang kepada China melebihi 40% dari pendapatan nasional bruto negara tersebut.
Kemudian sekitar 30% atau lebih dari Pendapatan Nasional Bruto dalam bentuk utang kepada China memengaruhi Maladewa dan Laos, yang baru saja membuka jalur kereta api menuju China dan menyebabkan masalah utang bagi negara tersebut.
Perlu diketahui, pinjaman China kepada negara-negara berkembang memiliki tingkat bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan pinjaman bilateral dari negara-negara Klub Paris atau lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional atau Bank Dunia. Selain itu, juga memiliki jangka waktu pembayaran yang lebih singkat.
Oleh karena itu, pinjaman China ke negara berkembang lebih mirip dengan pinjaman komersial dalam hal kondisi pembayaran, kerahasiaan.
Apakah China akan Melakukan Pemutihan Hutang?
Klub Paris sebelumnya mendominasi utang negara-negara berpendapatan rendah, hingga pada akhirnya diubah strukturnya, bahkan sebagian besar dihapus setelah pergantian milenium untuk negara-negara yang tidak mampu membayar dan memenuhi syarat untuk penghapusan utang.
Apakah proses semacam itu akan tersedia untuk utang kepada China? Hal tersebut masih tidak jelas.
Pada tahun 2020, China secara resmi memberikan pinjaman sekitar $170 miliar kepada negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Angka tersebut naik dari sekitar $40 miliar pada tahun 2010.
Menurut BBC, angka sebenarnya mungkin dua kali lipat lebih tinggi karena China mengalirkan dana melalui lembaga atau perusahaan yang dimiliki negara atau swasta, sehingga tidak tercatat dalam neraca pemerintah.
Pendapat bahwa China dapat memperoleh pengaruh signifikan atas negara-negara dan infrastruktur mereka dalam kasus masalah pembayaran sering disebutkan, di antaranya seperti:
- Kasus pelabuhan Sri Lanka yang bermasalah yang dibangun dengan dana China dan akhirnya diambil alih China dengan 70% saham
- Kereta api Laos yang memberatkan negara dengan utang juga memiliki kepemilikan 70% oleh China.
Namun, dalam kasus Sri Lanka, lembaga pemikir Inggris, Chatham House, menunjukkan bahwa pengambilalihan kepemilikan sebagian besar bersifat simbolis. Namun, struktur kepemilikan seperti itu dapat dimanfaatkan oleh China di masa depan.
Selain negara dengan utang terbesar ke china, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…