Mantan Rektor Unair Sayangkan Pemecatan Budi Santoso Usai Tolak Dokter Asing: Ini Tak Jelas Tanpa Dasar

ERA.id - Mantan Rektor Universitas Airlangga (Unair) 2001-2006 Prof Puruhito menyayangkan pemecatan Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Unair Prof Budi Santoso usai menolak rencana Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendatangkan dokter asing ke Indonesia.

Selain itu, Prof Puruhito juga turut ikut aksi damai dari Civitas Akademik FK Unair yang melakukan aksi penolakan pemecatan Prof Budi Santoso alias Prof BUS hari ini, Kamis (4/7/2024).

"Di sini saya berdiri sebagai warga FK Unair, selain sebagai mantan Rektor, saya hari ini sangat berduka cita mendegar apa yang telah diputuskan Rektor Unair terhadap dekan kita Profesor BUS," kata Prof Puruhito, saat aksi di Gedung Kampus FK Unair, Surabaya.

Prof Puruhito juga menyatakan sejumlah poin aksi menolak keputusan pimpinan Unair pemberhentian Prof BUS secara mendadak.

"Prof Bus dihentikan jabatannya, sebagai Dekan secara mendadak tanpa suatu sebab yang kita ketahui tidak ada yang mendukung bahwa dia harus dipecat," tegasnya.

Pihaknya menuntut jabatan Prof BUS sebagai Dekan FK Unair bisa dikembaikan kembali sampai akhir jabatannya.

Menurutnya, Prof BUS sudah melakukan jasanya untuk FK Unair maupun untuk mahasiswa bahwa membawa nama kampus ke kancah Internasional.

"Justru Prof BUS membuat nama Unair jadi naik, jadi mengapa rektor justru membunuh seseorang di kalangannya yang sebetulnya membawa nama Unair jadi baik," terangnya.

Selain itu, Prof Puruhito juga mempertanyakan dasar pemecatan mendadak Prof BUS usai pendapatnya menolak naturalisasi dokter asing ke Indonesia.

"Jadi mungkin nanti Prof Bus bisa diwawancarai bahwa dia memang merasa sangat tergesa-gesa, tapi sekali lagi keterangan yang betul menurut beliau sendiri. Sangat tergesa-gesa ini ya," jelasnya.

"Selama ini saya tidak melihat itu sebagai alasan yang tepat apakah prof BUS memang bicaranya salah di mata pemerintah, kita bicara kan tergantung orang yang menerima. Di mata saya anda orang kan mungkin berbeda. Apalgi terkait issue itu benar atau tidak sangat tergantung dari jawaban rektor," tambahnya.

Lebih lanjut dia juga menanyakan kejelasan prosedur pemecatan Prof BUS secara mendadak yang seharusnya ada Surat Peringatan (SP) 1, kemudian SP 2, dan seterusnya itu tidak ditempuh.

"Saya mantan rektor, administrator, tahu prosedur itu yang sampai sekarang tidak diberlakukan, pada pemecatan penghentian Prof Bus ini itu yang kami sesalkan," lanjutnya.

Ia berharap tuntutan penolakan pemecatan Prof BUS dikabulkan. Ia menilai Prof BUS sudah sangat konsen memperbaiki pendidikan dokter di Indonesia. Sejauh ini, pihaknya menghindari aksi menentang kebijakan pemerintah.

"Kita tetap mendukung pemerintah, artinya membuat pendidikan lebih baik, melaksanakan pendidikan tidak justru membatalkan atau membuat pendidikan tidak berjalan jangan sampai itu terjadi," pungkasnya.

Diketahui, karangan Bunga di Kampus A Fakultas Kedokteran (FK) Unair Surabaya membludak usai pemecatan Prof Budi Santoso karena menolak rencana pemerintah pusat mendatangi dokter asing ke Indonesia.

Pantuan ERA, tampak halaman gedung FK Unair dibanjiri karangan bunga bernada dukungan untuk Prof Budi Santoso yang dipecat langsung oleh pimpinan Unair. Aksi ini juga diikuti kalangan dokter Indonesia maupun mahasiswa di FK Unair.

Karangan bunga itu banyak bertulisan "Save Prof Bus," "Save FK Unair," dan "Save For Bus FK Unair". Kemudian ada, tulisan turut berduka cita atas hilangnya demokrasi di dunia pendidikan #saveProfBus #untukIndonesiasehat Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa FK Universitas Airlangga.

"Dengan hati yang penuh duka, kami mengenang perjuangan dan dedikasi, serta senantiasa mendukung Prof BUS. Semoga keadilan segera ditegakkan. Hormat kami 08," tulisan salah satu rangkaian yang lain.