Kamala Harris: Rakyat Palestina Berhak Tentukan Nasib Sendiri
ERA.id - Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Kamala Harris, menyerukan agar perang di Gaza segera diakhiri. Kamala juga menuduh lawannya, Donald Trump sebagai diktator.
Kamala Harris secara resmi diusung oleh Partai Demokrat sebagai calon presiden Amerika Serikat selama Konvensi Nasional Demokrat. Dalam penutupan pidatonya, Kamala mendesak agar gencatan senjata dan pertukaran sandera bisa segera dilakukan.
"Sekarang saatnya untuk menyelesaikan kesepakatan penyanderaan dan gencatan senjata," katanya disambut sorak sorai.
"Dan saya tegaskan, saya akan selalu membela hak Israel untuk membela diri dan saya akan selalu memastikan Israel memiliki kemampuan untuk membela diri," imbuhnya.
Lalu, kata Kamala, situasi yang terjadi di Gaza selama 10 bulan terakhir sangat menghancurkan. Banyak nyawa yang tidak berdosa hilang disertai kelaparan yang terus-menerus terjadi.
Kamala dan Biden mengaku dirinya bekerja keras untuk mengakhiri perang di Gaza. Dia juga mengingatkan pentingnya rakyat Palestina bisa menentukan nasibnya sendiri.
"Presiden Biden dan saya bekerja untuk mengakhiri perang ini sehingga Israel aman, para sandera dibebaskan, penderitaan di Gaza berakhir dan rakyat Palestina dapat mewujudkan hak mereka atas martabat, keamanan, kebebasan, dan penentuan nasib sendiri," tegasnya.
Dalam catatan Reuters, beberapa pernyataan kebijakan luar negerinya yang paling kuat hingga saat ini, Kamala mengatakan bahwa dia akan mengambil tindakan apa pun yang diperlukan untuk membela kepentingan AS terhadap Iran dan tidak akan berpihak pada para tiran dan diktator, seperti Donald Trump dan Kim Jong Un.
Selain itu, Kamala juga berjanji untuk mendukung Ukraina dalam perangnya melawan Rusia dengan sekutu NATO. Kamala juga akan memperjuangkan hak aborsi, undang-undang hak pilih, meningkatkan pasokan perumahanm dan menaikkan tarif pajak perusahaan dari 21 persen menjadi 28 persen.
Sebelum pidato, ribuan pendukung Palestina berkumpul untuk memprotes dukungan AS terhadap Israel saat negara itu melancarkan perang di Gaza. Isu ini merupakan salah satu yang paling memecah belah di kalangan Demokrat dan kurang mendapat perhatian di konvensi, yang dapat merugikan Demokrat di tempat pemungutan suara.