Lama Tak Bercinta, Awas, Gangguan Psikologis Mengintai

ERA.id - Berhubungan seks menjadi rutinitas penting bagi setiap pasangan suami istri untuk meningkatkan kualitas hubungan. Namun, bagi pasangan yang tidak tinggal bersama, menjani hubungan jarak jauh atau Long Distance Relationship (LDR) misalnya, maka tentu rutinitas hubungan seksual berdampak ke aspek lainnya.

Salah satunya dapat mengganggu kesehatan psikologis. Dilansir dari Insider pada Sabtu (12/9/2020), tiga terapis seks dan psikolog menjelaskan konsekuensi yang mereka amati terhadap orang yang tidak melakukan hubungan seksual dalam waktu lama. Apa saja? Berikut rangkumannya.

1. Membuat orang jadi frustasi

Menurut Dr. Rachel Needle, psikolog dan co-director di Modern Sex Therapy Institutes, berhubungan seks berdampak positif bagi kesehatan fisik dan mental seseorang. 

Berhubungan seks membantumu tidur lebih nyenyak, mengurangi rasa sakit, menurunkan stres, mengurangi kecemasan serta depresi, dan banyak lagi.

Needle mengakui manfaat berhubungan seks sangatlah penting. Sehingga orang yang tidak dapat berhubungan seks dengan pasangan, bisa melakukan masturbasi dan mengalami orgasme. 

"Orgasme melepaskan endorfin yang membantu mengurangi stres, setidaknya untuk sementara, dan menimbulkan perasaan positif yang membuat kita lebih bahagia," ujar Needle. 

Ilustrasi frustasi (Unsplash/@y.rss)

"Bahkan, jika kita tidak berhubungan seks dengan pasangan, temukan cara untuk tetap orgasme supaya mendapatkan manfaat kesehatan," lanjutnya.

2. Muncul rasa haus akan sentuhan

Berhubungan seks memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Apabila, kita tidak dapat melakukannya. maka ada konsekuensi kesehatan yang dihadapi. 

Pasangan yang berbulan-bulan tidak merasakan keintiman fisik, akan merasakan rasa haus akan sentuhan. Ini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, peningkatan tingkat depresi dan kecemasan.

“Ketika mereka yang ingin berhubungan seks mengalami kurangnya keintiman seksual, akan terjadi efek yang merusak kesehatan mental, emosional, dan fisik yang mengakibatkan berbagai gejala, perasaan terisolasi, tidak aman, dan harga diri yang rendah," ungkap Dr. Dulcinea Pitagora, psikoterapis dan terapis seks di NYC.

3. Susah menemukan kehidupan seks kembali usai karantina

Menurut Pitagora, ada beberapa orang yang merasa sulit menemukan seks kembali setelah lama tidak berhubungan seks. Entah itu disebabkan karena karantina atau sebaliknya.

"Aku menggunakan kata 'menemukan kembali' daripada 'kembali menuju' di sini, karena mungkin tidak ada cara untuk kembali ke kehidupan seks yang sama seperti sebelum masa karantina," tutur Pitagora. 

"Sebaliknya, mereka mungkin mengalami pertumbuhan dan pencarian jati diri. Melalui introspeksi, mereka menemukan cara berpikir baru tentang seksualitas mereka, dengan siapa mereka ingin berhubungan seks dan bagaimana caranya," lanjutnya.

Pitagora mengatakan ini bisa jadi kesempatan bagi seseorang untuk berpikir kritis tentang keinginan dan hasrat seksual mereka.

"Aku bilang orang bisa mengalami semacam euforia ketika masalah diatasi. Mereka punya kesempatan untuk mengeksplorasi seksualitas dengan cara yang mungkin mereka lakukan sebelumnya," kata Pitagora.