Kronologi Guru Prancis Dibunuh Akibat Diskusi Kartun Nabi Muhammad

ERA.id - Samuel Paty, guru Sejarah dan Geografi di sekolah menengah Bois-d'Aulne, dibunuh oleh seorang ekstremis Islam berumur 18 tahun, Jumat (16/10/2020), setelah mendiskusikan kartun Nabi Muhammad yang diterbitkan koran  Charlie Hebdo.

Awalnya, pada 5 Oktober, sebagai bagian dari diskusi isu kebebasan berpendapat, Samuel Paty menunjukkan pada murid-muridnya dua kartun karikatur Nabi Muhammad yang diterbitkan oleh koran satir Charlie Hebdo, selain juga sejumlah kartun lainnya.

Seperti dilansir The Guardian, para orang tua mendengar bahwa sang guru mempersilakan murid yang Muslim untuk memilih apakah hendak keluar sebentar dari kelas atau memandang keluar kelas selagi ia menunjukkan kartun tersebut. Sang guru mengatakan ia tidak ingin mereka sakit hati oleh adanya kartun tersebut.

Kartun kontroversial yang dimaksud adalah karikatur Nabi Muhammad yang diterbitkan koran Charlie Hebdo pada tahun 2015. Kartun ini telah menyebabkan milisi Islam Said dan Chérif Kouachi untuk menyerbu ruang redaksi koran tersebut pada 7 Januari 2015, membunuh 12 orang. Satu milisi lainnya, Amédy Coulibaly, menembak seorang polisi dan membunuh empat orang di supermarket the Hyper Cacher.

Suasana ruang redaksi koran satir Charlie Hebdo tahun 2012. (Foto: @stevenwwas/Twitter)

Ternyata penggunaan kartun kontroversial itu tidak diterima oleh sejumlah orang tua. Mereka bahkan meminta agar Paty berhenti mengajar.

Insiden ini berlanjut ketika, setelah diadakannya rapat antara kepala sekolah, komite guru, orang tua, dan pejabat pendidikan setempat, para orangtua membawa insiden itu ke pengadilan. Paty juga telah mengirimkan sanggahan, merasa dirinya menjadi korban "pencemaran nama baik."

Jaksa antiteror Prancis, Jean-François Ricard, pada Sabtu lalu membeberkan bahwa Samuel Paty menerima banyak ancaman lewat platform daring setelah diskusi kartun Charlie Hebdo. Seperti diketahui, penggambaran sosok Nabi Muhammad dianggap tabu dalam kultur Islam.

Satu orang tua dari murid Samuel Paty mengunggah video ke Youtube, menuduh sang guru "penjahat" dan mendesaknya agar berhenti mengajar. Lebih-lebih, ia membeberkan nama Paty dan alamat sekolahnya di media sosial beberapa saat sebelum terjadinya penyerangan. Orang tua ini menggagas agar adanya "mobilisasi" massa melawan sang guru.

Samuel Paty dan kepala sekolah Bois-d'Aulne sempat dipanggil ke kantor polisi untuk menjelaskan komplain yang diarahkan padanya. Kepada para penyidik, ia mengaku tak paham atas apa yang telah terjadi, karena anak dari ayah yang melakukan protes itu tidak masuk ke kelasnya ketika diskusi berlangsung.

Samuel Paty, 47 tahun, menjadi korban pembunuhan kaum ekstremis Prancis setelah mendiskusikan kartun kontroversial yang diterbitkan koran Charlie Hebdo. (Foto: Persian Banksy/Twitter)

Merasa hidupnya kian terancam, Paty, yang tinggal di dekat sekolah dan biasa berjalan kaki melewati kawasan hutan, mengganti rutenya untuk melewati kawasan pemukiman.

Pada Jumat lalu, guru berusia 47 tahun itu ditusuk berulang kali dan dipenggal menggunakan pisau sepanjang 30cm di luar gedung Bois-d'Aulne yang ada di kawasan Conflans-Sainte-Honorine, sekitar 32 kilometer di barat laut kota Paris. Pembunuhnya adalah seorang pemuda berusia 18 tahun.

Sang penyerang, yang bernama Abdullah Anzorov, ditembak mati oleh polisi beberapa saat setelah ia sendiri menembak ke arah polisi, bahkan mencoba menusuk mereka dari dekat. Seperti dilansir The Guardian, pemuda ini lahir di Moscow, Rusia, dan memiliki orang tua dari etnis Chechen. Ia tiba di Prancis saat berusia 6 tahun. Ketika itu ia, dan keluarganya, diterima tinggal di Prancis lewat perlindungan suaka.

Sebuah akun Twitter dengan nama Aboulakh A, yang dimiliki terduga pembunuh, sempat merilis foto kepala sang guru beberapa menit setelah penyerangan. Beserta foto itu, ia menulis: ""Aku telah mengeksekusi salah satu anjing neraka yang dengan lancang menjatuhkan Muhammad."

Puluhan ribu guru turun ke jalanan di Prancis, Minggu (18/10/2020), memprotes terbunuhnya Samuel Paty. (Foto: Christo G Falladis/Twitter)

Jaksa Jean-Francois Ricard mengatakan bahwa Paty "dibunuh karena posisinya sebagai seorang guru" dan pembunuhan itu merupakan serangan terhadap hak kebebasan berpendapat.

Sebagai respon atas tewasnya Samuel Paty, jutaan warga Prancis di berbagai kota berdemonstrasi menyerukan upaya perlindungan bagi profesi guru. Otoritas Prancis kabarnya bersiap mengusir 231 orang yang berada dalam daftar pantauan tindak ekstremisme.

Jumat lalu, Bdallah Zekri, presiden the Observatory of Islamophobia, menyebut peristiwa pemenggalan pada hari itu sebagai "aksi kejam dan menakutkan yang dilakukan atasnama agama (Islam) menggunakan Charlie Hebdo sebagai alasan".

"Aksi tersebut adalah aksi pengecut dan kriminal yang harus dikecam setiap warga Prancis," kata Abdallah.