Guru Sejarah Dibunuh Ekstremis Muslim, Ribuan Guru di Prancis Turun ke Jalan

| 19 Oct 2020 12:53
Guru Sejarah Dibunuh Ekstremis Muslim, Ribuan Guru di Prancis Turun ke Jalan
Jutaan orang berkumpul, Minggu (18/10/2020), untuk mengenang kepergian Samuel Paty, seorang guru yang dibunuh ekstrimis Islam setelah mendiskusikan kartun kontroversial dari koran Charlie Hebdo. (Foto: Le Parisien/Twitter)

ERA.id - Puluhan ribu warga Prancis berdemonstrasi, Minggu (18/10/2020), di berbagai kota seperti Paris, Lyon, Toulouse, Strasbourg, Nantes, Marseille, Lille dan Bordeaux sebagai bentuk dukungan atas hak kebebasan berpendapat. Dua hari sebelumnya, Samuel Paty, seorang guru SMP, dibunuh setelah mendiskusikan kartun Nabi Muhammad bersama murid-murid di kelasnya.

Politisi, anggota asosiasi HAM, dan berbagai serikat buruh memadati kawasan Place de la République di Paris sambil membawa plakat bertuliskan "Je suis Samuel", sebagai dukungan terhadap Samuel Paty. Seruan ini menggemakan kembali unjuk rasa serupa di tahun 2015, ketika beberapa ekstrimis Islam bersenjata membunuh 12 orang yang sedang bekerja di kantor redaksi koran satir Charlie Hebdo.

Seperti dilansir The Guardian, plakat-plakat yang dibawa, mengekspresikan penolakan banyak kalangan atas aksi "totaliter terhadap pemikiran tertentu" yang dialamatkan kepada para guru. Tak sedikit yang menyerukan agar kebebasan guru dalam mengajar tidak direnggut.

"Kita adalah anak-anak dari sejarah kita: nilai-nilai kebebasan, sekularisme, dan demokrasi tidak boleh sebatas kata-kata saja," kata seorang demonstran di Paris pada satu kanal TV setempat. "Kami harus menghidupinya, dan berada di sini (dalam demonstrasi) adalah salah satu caranya."

Je suis professeur
Seorang demonstran mengangkat plakat bertuliskan, dalam bahasa Prancis, "Saya guru." dalam unjuk rasa mengenang tewasnya Samuel Paty, Minggu (18/10/2020). (Foto: Christos G Falladis/Twitter)

Seorang guru yang berbicara dengan koran Le Monde mengatakan bahwa pembunuhan terjadi di tengah makin banyak kritik yang dialamatkan orang tua pada para guru. Ia mengaku tidak menyangka seseorang bisa dibunuh karena mengajarkan sesuatu di kelas.

Menteri Pendidikan Prancis Jean-Michel Blanquer sebelumnya memanggil setiap warga Prancis untuk "memberi dukungan pada para guru", sementara Menteri Dalam Negeri Marlène Schiappa mengaku ia akan hadir dalam demonstrasi di Paris untuk mendukung para guru, sekularisme dan kebebasan berpendapat, serta menolak islamisme.

Kamel Kabtane, rektor masjid Lyon dan seorang figur muslim senior Prancis, menyebut pelaku pembunuhan sebagai "teroris". Ia juga mengatakan bahwa Samuel Paty sangat "bermartabat" dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.

Samuel Paty, 47 tahun, adalah guru Sejarah dan Geografi. Ia juga mengampu pelajaran moral dan kewarganegaraan, pelajaran yang wajib diikuti para murid, dan membahas banyak topik seperti sekularisme, hukuman mati, hingga aborsi.

Pada tanggal 5 Oktober, guna mendiskusikan kebebasan berpendapat, Paty menunjukkan pada para muridnya sejumlah karikatur Nabi Muhammad yang dirilis oleh koran satir Charlie Hebdo. Mengetahui bahwa hal itu akan mengundang reaksi pada murid beragama Islam, ia mempersilakan mereka yang tidak berkenan untuk melihat ke luar kelas atau meninggalkan kelas sebentar.

Pada Jumat (16/10/2020), ia ditemukan tewas terbunuh di dekat sekolahnya, setelah sebelumnya menghadapi banyak kecaman dari kalangan orang tua murid. Samuel ditusuk berulang kali menggunakan pisau daging sepanjang 30 cm di luar gedung sekolah Bois-d'Aulne, 32 kilometer arah barat laut kota Paris. Pembunuhnya adalah seorang pemuda 18 tahun bernama Abdullakh Anzorov.

Anzorov tewas ditembak oleh polisi beberapa saat setelah ia menembakkan pistol ke arah satuan kepolisian dan berusaha menusuk para polisi. Anzorov, seperti dilansir The Guardian, lahir di Moscow dari keluarga etnis Chechen. Ia tiba di Prancis saat berusia 6 tahun. Ia, beserta keluarganya, mendapat status suaka dari pemerintah Prancis.

Pembunuhan terhadap Samuel Paty pada Jumat lalu merupakan insiden kedua setelah dimulainya proses persidangan dalam kasus pembantaian anggota redaksi Charlie Hebdo. Sebelum persidangan, koran Charlie Hebdo merilis ulang kartun kontroversial mengenai Nabi Muhammad. Bulan lalu, seorang lelaki asal Pakistan menusuk dua orang di depan bekas kantor koran tersebut.

Rekomendasi