Raja Arab Tagih Sikap Tegas Dunia Soal Program Nuklir Iran
ERA.id - Ketegangan di kawasan Timur Tengah, terutama setelah mundurnya Amerika Serikat dari perjanjian nuklir Iran di tahun 2018, hanya bisa diredakan oleh 'sikap tegas' dunia internasional, seperti disampaikan pemimpin Kerajaan Arab Saudi, Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud.
Hal ini disampaikan Raja Salman dalam pidato tahunannya kepada badan penasihat pemerintah Arab Saudi, Kamis (12/11/2020) seperti dilaporkan Al Jazeera.
"Kerajaan Arab menekankan adanya bahaya yang timbul dari proyek regional Iran, gangguannya terhadap negara-negara lain, dukungannya pada aksi terorisme, dan sikap rezimnya yang menunggangi sentimen sektarian. Kerajaan ini mengharapkan sikap tegas dari komunitas internasional sehingga Iran bisa dikendalikan dalam upayanya mendapatkan senjata pemusnah massal dan mengembangkan misil balistik," kata Raja Salman.
Pidato tersebut menjadi yang pertama dilakukan oleh raja berusia 84 tahun tersebut. Ia terakhir memberikan pidato di Sidang Umum PBB pada bulan September via konferensi video, di mana Salman juga membahas bahaya "ekspansionisme" yang sedang ditunjukkan Iran.
Belum ada reaksi dari pemerintah Iran mengenai pidato Raja Arab Saudi tersebut. Teheran sendiri memandang pidato Raja Salman di PBB sebagai "tuduhan tak berdasar". Mereka juga menepis tuduhan telah mempersenjatai kelompok-kelompok milisi di Timur Tengah.
Seperti diketahui, Arab Saudi yang didominasi komunitas Muslim Sunni terlibat dalam sejumlah perang 'proxy' dengan Iran yang masyarakatnya didominasi Muslim Syiah. Kemelut di Yaman selama 5 tahun terakhir terjadi ketika koalisi Arab Saudi bertarung dengan kelompok Houthi yang mendukung Iran.
Langkah Presiden Donald Trump yang mengeluarkan Amerika Serikat dari perjanjian nuklir Iran makin menggoyang stabilitas di Timur Tengah. Sejak 2018, Amerika Serikat memilih kebijakan pengetatan sanksi ekonomi terhadap Iran.
Selain itu, hubungan antara Trump dengan Putra Mahkota Arab Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) juga jadi incaran kritik dunia internasional menyusul insiden pembunuhan salah satu jurnalis berkebangsaan Arab, Jamal Khashoggi. Riyadh dikabarkan berperan dalam pembunuhan tersebut.