Seoul Pamerkan Taksi Nirawak 2-Kursi, Kapan Mulai Beroperasi?
ERA.id - Pekan lalu (18/11/2020) Korea Selatan mempertontonkan secuplik bayangan transportasi masa depan lewat peragaan penerbangan sebuah taksi drone 2 kursi menyeberangi Sungai Han. Pemerintah setempat berambisi membuka layanan antarpenumpang via taksi drone mulai tahun 2025.
Taksi drone nirawak yang diproduksi perusahaan China EHang terbang dengan lembut di ketinggian 46 meter selama tujuh menit. Kendaraan yang dinamai eVTOL, atau electric Vertical Takeoff and Landing Vehicle, sanggup membawa beban maksimal 220 kilogram dan bisa melaju dengan kecepatan 128 km/jam.
"Kami sangat senang bisa memperkenalkan taksi drone untuk pertama kalinya di Korea," kata Seo Jeong-hyup, pelaksana tugas walikota Seoul, seperti dikutip Daily Mail.
"Pemerintah kota akan berusaha sebisa mungkin agar warga Seoul bisa meraih mimpinya untuk terbang dengan aman di langit kota, dan kami akan mendukung industri masa depan di Korea."
Peragaan siang itu dilaksanakan oleh pemerintahan Kota Seou dan Kementerian Lahan, Infrastruktur dan Transportasi Korea Selatan. Keduanya saat ini tengah mengembangkan sistem manajemen lalu lintas udara 'K-Drone' sehingga suatu saat langit Seoul akan diisi oleh berbagai jenis taksi drone, mulai dari yang berpenumpang hingga yang mengantar barang saja.
Peragaan siang itu juga diisi oleh beberapa jenis drone berukuran lebih kecil untuk layanan pengantaran barang.
Seorang Wakil Menteri Son Myung-soo mengatakan bahwa perjalanan via drone bisa memangkas 70 persen waktu tempuh di dalam kota Seoul. Misal, perjalanan dari distrik bisnis dan finansial Yeouido menuju Bandara Internasional Incheon hanya perlu waktu 20 menit, tidak lagi satu jam seperti ditempuh menggunakan mobil.
Pemerintah Korea Selatan memproyeksikan bahwa biaya perjalanan dengan taksi drone adalah 100 dolar AS (Rp1,42 juta) untuk setiap 48 kilometer. Namun ongkos tersebut ditengarai akan semakin turun, hingga mencapai 20 dolar AS (Rp283 ribu), dengan makin luasnya penerapan sistem penerbangan drone.
Selain menjadi solusi kemacetan transportasi perkotaan, taksi drone juga menjadi cara pemerintahan mengurangi emisi karbon di negara itu.
"Mobilitas udara di perkotaan akan membantu sistem ekonomi ini dalam mengurangi emisi karbon," kata Seo Jeong-seok, wakil direktur divisi transportasi drone dalam MOLIT, departemen transportasi masa depan yang dibentuk pemerintah Korea Selatan tahun lalu.
Korea Selatan berambisi pada 2040-2050 seluruh sistem transportasinya sudah akan bebas emisi karbon.
Kendaraan terbang juga diprediksikan akan menjadi industri besar dunia di beberapa puluh tahun ke depan. Tahun lalu, Morgan Stanley memproyeksikan bahwa pasar global untuk kendaraan penerbangan perkotaan bisa mencapai 15 triliun (Rp212 ribu triliun) pada tahun 2040 kelak.