Ada Temuan Baru di Uji Klinis, AstraZeneca Perlu Riset Lanjutan
ERA.id - AstraZeneca dikabarkan memerlukan sebuah riset lanjutan dengan skala internasional untuk menilai kemanjuran vaksin COVID-19 mereka menyusul skeptisisme terhadap tingkat kemanjuran yang sebenarnya dari dosis vaksin tersebut.
Seperti dikutip Bloomberg, Kamis (26/11/2020), Direktur eksekutif AstraZeneca Pascal Soriot mengatakan bahwa vaksin COVID-19 buatan perusahaannya mungkin perlu meneliti penggunaan dosis suntikan yang lebih kecil yang ternyata memberikan tingkat kemanjuran yang lebih baik daripada dosis suntikan seperti yang sudah dipersiapkan perusahaan itu.
"Karena kami telah menemukan tingkat kemanjuran yang lebih baik, kami perlu memastikan hal tersebut. Oleh karena itu kami perlu riset tambahan," kata Soriot.
Ia mengatakan bahwa riset yang dimaksud itu kemungkinan akan menjadi "riset dengan skala internasinoal, namun, riset kali ini akan lebih cepat karena kami tahu bahwa tingkat efikasi (vaksin COVID-19) sudah tinggi dan kami hanya memerlukan pasien dalam jumlah lebih sedikit."
Berita ini muncul di tengah skeptisisme terhadap klaim AstraZeneca bahwa vaksin buatannya memiliki tingkat efektivitas 90 persen di sub-grup relawan uji vaksin, yang tanpa sengaja hanya mendapatkan setengah dosis suntikan alih-alih dosis penuh.
Soriot meyakini riset tambahan itu nantinya tidak akan menunda persetujuan dari regulator Inggris dan Eropa. Sebelumnya Soriot juga mengatakan bahwa meski perijinan bisa diberikan di sejumlah negara pada akhir tahun ini, persetujuan dari Badan Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat kemungkinan perlu waktu lebih lama karena badan tersebut sulit menyetujui uji klinis yang dilakukan di luar AS apalagi ketika keabsahan data riset vaksin yang bersangkutan dipertanyakan.
Kepala riset Astra Zeneca Mene Pangalos pada Reuters, Senin lalu, mengatakan bahwa para periset tidak sengaja menemukan khasiat dari dosis vaksin yang lebih kecil. Ia mengakui bahwa itu terjadi justru karena ada kesalahan dalam uji vaksin, di mana suatu sub-grup mendapatkan dosis yang lebih sedikit.
Kini AstraZeneca, yang riset vaksinnya berkolaborasi dengan Universitas Oxford, sedang berdiskusi dengan FDA untuk mengubah desain vaksin COVID-19 mereka untuk memasukkan aturan dosis pemakaian yang lebih efektif.