Netanyahu Kunjungi Arab Saudi, Hubungan Islam dan Yahudi Pulih?

| 24 Nov 2020 14:15
Netanyahu Kunjungi Arab Saudi, Hubungan Islam dan Yahudi Pulih?
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. (Foto: Chatham House/Flickr)

ERA.id - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu diam-diam berkunjung ke Arab Saudi pada Minggu, (22/11/2020), seperti disampaikan koran Washington Post mengutip seorang pejabat intelijen Timur Tengah. Tanda pulihnya hubungan dunia Yahudi dan Islam?

Pertemuan itu awalnya diberitakan oleh media Israel dan dikonfirmasi pejabat intelijen setempat yang enggan disebutkan identitasnya, seperti diberitakan Washington Post.

Pertemuan antar kedua negara hanya diketahui segelintir orang terdekat PM Netanyahu. "Informasi ini hanya diketahui sedikit sekali orang. Baik Kementerian Luar Negeri maupun Kementerian Pertahanan Israel tak mengetahui soal hal ini."

Media Ynet yang merilis informasi ini mengabarkan bahwa PM Netanyahu menyempatkan diri selama beberapa jam di Neom, sebuah kota pesisir Arab Saudi, Minggu lalu. Ia dikabarkan bertemu Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Sekretaris Negara Amerika Serikat Mike Pompeo. Netanyahu sendiri kabarnya hadir bersama Yossi Cohen, kepala agen mata-mata Israel Mossad. Cohen selama ini ditengarai menjadi figur sentral dalam menjembatani proses diplomatik antara Israel dengan Kerajaan Arab.

Namun, informasi itu dibantah oleh Pangeran Faisal bin Farhan al-Saud, Menteri Luar Negeri Arab. Ia mengatakan bahwa hanya "hanya pejabat Arab Saudi dan Amerika saja" yang hadir.

Kantor Perdana Menteri Netanyahu tidak langsung menjawab konfirmasi soal informasi kunjungan tersebut.

Bila benar, perjalanan wakil pemerintahan Israel ini terjadi di tengah meningkatnya tegangan hubungan diplomatik antara Israel dan Arab Saudi dengan tetangga mereka, Iran. Pejabat intelijen Timur Tengah, seperti disampaikan koran yang sama, juga meyakini bahwa pertemuan tersebut adalah pesan bagi pemerintahan Presiden-terpilih AS Joe Biden bahwa hubungan diplomatik antara AS-Israel bisa membaik, bila dikehendaki.

"Di satu sisi, ada kesempatan perdamaian di sini, jadi jangan sampai rusak (kesempatan itu)," katasan pejabat intelijen. "Di sisi lain, pesannya adalah apabila pemerintahan AS hendak kembali bernegosiasi dengan Iran, maka mereka juga harus melibatkan negara-negara satu kawasan (Timur Tengah) demi menghapus ketakutan dan kekhawatiran apapun."

Agustus lalu, Israel dan Uni Emirat Arab meresmikan hubungan dagang dan diplomatik, mematahkan sebuah kesepakatan di antara negara-negara Jazirah Arab, yaitu bahwa hubungan dengan Israel harus dihindari selama yang bersangkutan masih menduduki Palestina di Tepi Barat.

Beberapa pekan terakhir tersiar kabar bahwa Arab Saudi pun mulai mengubah sikap pada Israel dan berharap bakal menormalisasi hubungan dalam beberapa bulan ke depan.

Pejabat Palestina tidak berkomentar apapun sejauh ini. Namun, anggota kelompok Knesset dari Arab dan Israel mengecam ketiga negara - Arab, Israel dan AS - tengah berupaya mengganggu stabilitas kawasan Timur Tengah.

"Netanyahu, Trump dan (bin) Salman ingin memanaskan kawasan ini dan berupaya menjegal kembali aktifnya perjanjian nuklir (Iran)," kata Aida Touma-Sliman, anggota Partai Hadash dari Arab Saudi.

"Mereka bisa memantik eskalasi dan perang di kawasan tersebut."

Rekomendasi