Setelah AS, Giliran India Larang Aplikasi Buatan China

ERA.id - India mulai Selasa (24/11/2020) melarang 43 aplikasi ponsel, termasuk di antaranya aplikasi Aliexpress buatan Alibaba Group Holding Ltd. Ini ditengarai sebagai bagian dari gelombang 'sanksi digital' yang dialamatkan ke China yang selama berbulan-bulan terakhir terlibat perseteruan dengan India di perbatasan Pegunungan Himalaya.

Sebanyak 43 Aplikasi ponsel, yang mayoritas merupakan aplikasi buatan China, dianggap "mengancam kedaulatan dan persatuan India" seperti disampaikan Al Jazeera mengutip pernyataan dari Kementerian Teknologi India.

India telah lebih dulu melarang penggunaan 170 aplikasi ponsel yang disebut-sebut mengumpulkan dan membagikan data pengguna, yang kemudian bisa menimbulkan ancaman bagi keselamatan negara.

Langkah yang disebut kementerian terkait sebagai 'serangan digital' itu diumumkan setelah 20 tentara India terbunuh dalam sebuah adu senjata dengan pasukan China di suatu kawasan Himalaya, Juni lalu.

Aplikasi Aliexpress sendiri bukan merupakan pemain kunci dalam pasar e-commerce India. Posisinya masih diungguli oleh Flipkart dari Walmart Inc serta unit lokal Amazon.com. Namun, Aliexpress menguasai ceruk peminat kendaraan bermotor dan beberapa pemilik toko kelontong, yang kerap mencari barang-barang promo.

Langkah dari pemerintah India ini juga menjadi pukulan bagi raksasa e-commerce China Alibaba yang telah banyak menggelontorkan banyak uang untuk perusahaan tekfin India, Paytm, serta mendukung ritel sayuran bernama BigBasket.

Anak perusahaannya, UC Web, juga harus merumahkan beberapa staff di India awal tahun ini setelah pemerintah India melarang penggunaan 50 aplikasi ponsel buatan China yang mencakup aplikasi perambah UC Web dan dua produk digital lainnya.

Raksasa teknologi asal Negeri Tirai Bambu kini harus menahan diri dalam menanamkan uangnya ke perusahaan India, sambil menunggu surutnya tegangan konflik di perbatasan kedua negara serta redanya sentimen negatif pemerintah India terhadap pengaruh Beijing di dalam sektor ekonomi internet mereka.